Singapura, (ANTARA News) - Minyak kembali "rebound" di perdagangan Asia Jumat setelah penurunan semalam yang dipicu oleh kekhawatiran baru seputar pencepatan pemulihan dalam ekonomi Amerika Serikat, pengguna energi terbesar dunia, kata para analis.

Kontrak utama New York untuk minyak mentah jenis light sweet pengiriman November mengalami kenaikan 40 sen menjadi 66,28 dolar per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent North Sea juga untuk pengiriman November naik 59 sen menjadi 65,41 dolar per barel, sebagaimana dikutip dari AFP.

Kekhawatiran yang tengah berlangsung seputar konsumsi energi AS saat ini meskipun sedikit mendorong harga minyak mentah, namun kemungkinan akan tetap di bawah 70 dolar per barel dalam jangka menengah, kata analis.

Kegelisahan ekonomi meningkat setelah sebuah survei industri menunjukkan penjualan rumah yang sudah ada di AS turun 2,7 persen pada Agustus menjadi 5,10 juta unit dibanding bulan sebelumnya.

Dalam empat bulan terakhir, penjualan naik total 15,2 persen, kata Asosiasi Makelar Perumahan Nasional.

Sementara Celia Chen di Moody`s Economy.com mengatakan "rebound" pasar perumahan tetap penting untuk pemulihan ekonomi AS dan yang mungkin membahayakan penyitaan dengan tingkat tinggi.

"Penjualan rumah yang sudah ada meningkat dari total 15,2 persen," kata asosiasi tersebut.

"Penjualan rumah yang sudah ada AS mengecewakan," kata Dariusz Kowalczyk, chief investment strategist pada kantor finansial SJS Markets.

Harga minyak mentah menurun sekitar tiga dolar dalam perdagangan Rabu lalu akibat kenaikan yang tidak terduga dalam cadangan minyak mentah Amerika Serikat, yang nampaknya sebagai indikasi melemahnya permintaan.

Departemen Energi AS (DoE) mengatakan bahwa cadangan minyak mentah naik 2,8 juta barel pada pekan sampai 18 September, mengacaukan ekspektasi para analis untuk suatu penurunan.

Laporan mingguan DoE menyebutkan bahwa cadangan minyak sulingan Amerika Serikat, yang termasuk bahan bakar pemanas, naik tiga juta barel pekan lalu.

Minyak sulingan telah dimonitor lebih cermat menjelang musim dingin di belahan bumi utara pada saat permintaan untuk bahan bakar pemanas itu berada pada puncaknya.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009