Tokyo (ANTARA News/AFP) - Japan Airlines, maskapai penerbangan terbesar di Asia, mengatakan, Kamis, bahwa ia sedang mengupayakan jaminan publik agar bisa bertahan dari terpaan krisis ekonomi, tetapi pemerintah memberikan reaksi dingin atas permintaan tersebut.

JAL, yang rugi lebih dari satu miliar dolar pada kuartal April- Juni, meminta dana publik untuk mendongkrak basis modalnya, kata Dirut Utamanya, Haruka Nishimatsu, kepada para wartawan setelah pembicaraan dengan menteri perhubungan.

"Akhirnya, kami berfikir bahwa penggunaan lebih banyak dana akan mengurangi hutang kami kepada masyarakat," katanya, tanpa menyebut berapa banyak yang diminta maskapai penerbangan ini.

JAL, yang telah menerima tiga bantuan pemerintah sejak tahun 2001, mengumumkan pada pekan lalu rencana akan memangkas 6.800 pekerjanya dan bekerjasama dengan sebuah maskapai penerbangan asing sebagai bagian dari upaya memperoleh kembali keuntungan.

Nishimatsu mengatakan, ia telah mengusulkan langkah-langkah restrukturisasi tambahan, yang meliputi pengurangan biaya personil, dalam pembicaraannya dengan Menteri Perhubungan, Seiji Maehara, yang mengatur proses restrukturisasi.

Tetapi Maehara mengatakan, rencana penghidupan kembali bisnis JAL itu "tidak cukup".

"Kami tak tepat mengatakan `ya` terhadap permintaan atas dana itu, katanya kepada para wartawan.

"Saya menginginkannya menuju jalan revitalisasi otonomi dan untuk maksud itu saya menginginkan mereka memikirkan kembali rencana itu. Saya ingin berkonsultasi dengan perdana menteri dan kabinet akan memberikan keputusan," kata Maehara.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009