Perserikatan Bangsa-Bangsa (ANTARA News/AFP) - Presiden Libya Moamar Gaddafi pada Rabu melancarkan pembelaan rohani bagi pegaris keras Taliban Afghanistan dalam pidato panjang di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Mengapa kita menentang Taliban? Mengapa kita menentang Afghanistan?" katanya bertanya kepada pemimpin lebih dari 120 negara, yang menghadiri perbantahan tahunan Majelis Umum itu.

"Jika Taliban mau membentuk negara beragama, baik, seperti Vatikan. Apakah Vatikan membahayakan kita? Tidak," kata pemimpin Libya itu, menyapa badan 192 anggota itu untuk pertama kali sesudah 40 tahun berkuasa.

"Jika Taliban ingin menciptakan keamiran Islamiah, siapa bilang mereka musuh?" tambahnya.

Perlawanan Taliban di Afghanistan saat ini pada tingkat paling mematikan sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, yang menggulingkan pemerintahan mereka.

Menang perang di Afghanistan adalah salah satu sasaran utama pemerintah baru Amerika Serikat.

Lebih dari 1.400 tentara asing tewas di negara terkoyak perang itu sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001.

Jumlah tentara Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara (NATO) sekitar 65.400 orang, yang berasal dari sekitar 40 negara, kata NATO.

Sejumlah 40.000 tentara lagi terlibat di Gerakan Melestarikan Kebebasan, yang dipimpin Amerika Serikat dengan pusat Alqaida.

Prajurit asing itu untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi perlawanan, yang dikobarkan sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adi daya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pejuang Taliban melancarkan perlawanan untuk merebut kembali kekuasaannya sesudah digulingkan dari pemerintahan dalam serbuan pimpinan Amerika Serikat pada akhir 2001.

Perlawanan itu menghebat, dengan tahun ini menjadi saat paling mematikan bagi Afganistan dan tentara asing di negara terkoyak perang tersebut, yang memicu ketakutan pada pemilihan umum pada 20 Agustus.

Pemilihan umum untuk menetapkan presiden dan dewan provinsi itu dipandang sebagai ujian bagi upaya internasional untuk membantu menciptakan demokrasi di Afganistan, namun pemungutan suara tersebut dilakukan ketika kekerasan yang dipimpin Taliban mencapai tingkat tertinggi.

Selain melawan pejuang itu, tentara asing dari terutama Amerika Serikat, Inggris dan Kanada membantu Kabul membangun pasukan keamanannya.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom jalanan dan serangan jibaku untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing di negara terkoyak perang tersebut.

Bom rakitan, yang dikenal dengan IED, mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing, kata tentara.

Negara anggota NATO tidak akan mempertimbangkan bantuan pasukan untuk Afganistan sampai mereka selesai membahas laporan penilaian jenderal tertinggi Amerika Serikat di negara itu, kata juru bicara persekutuan tentara itu.

Panglima tertinggi Amerika Serikat dan NATO di Afghanistan memperingatkan Presiden Barack Obama dalam laporan rahasia bahwa perang melawan Taliban akan kalah dalam setahun ini jika tak ada tambahan tentara.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009