Washington (ANTARA News) - Iran akan bersikap terbuka bagi pertemuan para pakar nuklirnya dengan mitra sejawat mereka dari Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk melenyapkan kekhawatiran terhadap program nuklir Teheran.
Hal ini dikemukakan Presiden Mahmoud Ahmadinejad kepada media AS Rabu, seperti dilaporkan AFP.
Pada pembicaraan dengan negara-negara kuat dunia pekan depan mengenai program nuklirnya itu, Iran juga akan menawarkan untuk membeli uranium yang diperkaya dari AS untuk keperluan medis, kata pemimpin Iran itu kepada surat kabar The Washington Post dan majalah Newsweek.
"Mengapa tidak mempersilakan mereka untuk duduk dan berunding serta memperhatikan jenis apa dari kapasitas yang mereka bangun? Saya pikir hal itu sesuatu yang baik untuk bisa dilakukan," kata Ahmadinejad.
Dia menyatakan kesediaan Iran untuk mengizinkan para pakar nuklirnya untuk bertemu dengan para pakar internasional, guna membahas program yang dicurigai negara-negara Barat dan Israel.
Iran sebelumnya tak mengizinkan pertemuan semacam dan pertemuan ini adalah pertama dalam sejarahnya.
Sekitar 20 produk medis saat ini dibuat dari reaktor riset nuklir - yang akan memproduksi isotop radio-aktif untuk diagnosa dan penyembuhan penyakit - yang terletak di Teheran, namun masih perlu penambahan bahan bakunya, menurut Ahmadinejad.
Reaktor medis itu dipasok oleh AS semasa kekuasaan shah yang didukung oleh Amerika, yang kemudian mereka tumbangkan dalam Revolusi Islam pada 1979, yang memicu pembekuan hubungan antara kedua negara selama tiga dasawarsa sampai sekarang.
"Bahan-bahan baku nuklir ini kami perlukan, dengan membeli, untuk keperluan medis... Ini adalah masalah kemanusiaan," katanya panjang-lebar dalam wawancara sekitar satu setengah jam.
"Saya pikir ini adalah usulan yang sangat penting yang memberikan kesempatan baik untuk satu permulaan" untuk membangun saling kepercayaan antara AS dan Iran dan juga dalam `menjamin kerjasama.`
Komentar-komentarnya ini muncul sehari sebelum negara-negara besar meningkatkan tekanan mereka kepada Iran, agar negara itu menutup sepenuhnya program nuklirnya, atau menghadapi putaran lain dari sanksi-sanksi yang akan dijatuhkan.
Dalam hal ini, Presiden Rusia Dmitry Medvedev tampaknya mendukung sanksi-sanksi itu dengan imbuhan `terkadang tak bisa dielakkan.`
Medvedev dan Presiden AS Barack Obama telah membahas "sanksi-sanksi tambahan" kepada Iran itu dengan serius.
Sementara itu Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengatakan, tenggat waktu Desember harus dipenuhi oleh Teheran untuk menunjukkan kemajuan dalam perundingan-perundingan dengan negara-negara kuat dunia mengenai program nuklirnya.
Ahmadinejad mengatakan, usulan baru akan disampaikan oleh seorang diplomat senior Iran pada saat dua bertemu dengan rekan sejawatnya dari AS, Rusia, China, Inggris, Prancis dan Jerman di Jenewa pada 1 Oktober depan.(*)
Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009