Kami mewakili generasi Z di Indonesia menyatakan siap menghadapi revolusi Industri 4.0.

Jakarta (ANTARA) - Kalangan generasi Z, atau anak muda berusia produktif dari seluruh Indonesia menyatakan siap menghadapi revolusi industri 4.0.

Tim Nasional Pembentukan Gen-Zi Satya Hangga Yudha Widya Putra, B.A. (Hons), MSc, dalam rilis di Jakarta, Senin, mengatakan sekarang Indonesia mengalami bonus demografi dengan penduduk Indonesia didominasi kaum milenial dan generasi Z.

"Kami mewakili generasi Z di Indonesia menyatakan siap menghadapi revolusi industri 4.0," katanya saat menjadi pembicara bertajuk "Bincang-Bincang GENZI: Bangkit Meraih Cita-Cita" yang diadakan Gen-Zi via daring.

Baca juga: Harmoni kampus dan industri dibutuhkan dorong percepatan Indonesia 4.0

Gen-Zi merupakan perkumpulan anak-anak muda generasi Z dari seluruh Indonesia.

Menurut Hangga, teknologi selalu mengalami perubahan-perubahan dan berkembang dengan pesat.

Hampir semua kehidupan sehari-hari ditunjang oleh kecanggihan teknologi dan dunia sudah memasuki revolusi industri 4.0, katanya.

"Apabila kita ingin memanfaatkan atau menggarap bonus demografi, kita harus mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, kreatif, berinovasi, dan yang mempunyai daya saing yang tinggi," katanya.

Baca juga: KKP siap cetak calon wirausaha kompeten era Industri 4.0

Hangga menambahkan saat ini masih banyak tenaga kerja yang belum siap menghadapi revolusi Industri 4.0.

"Kita tidak hanya bisa menyerap ilmu dari dosen atau guru secara mentah di perkuliahan atau sekolah saja atau hard skills, tetapi harus memiliki keterampilan di luar kegiatan akademik juga seperti keterampilan berkomunikasi, public speaking, berorganisasi, dan lainnya atau soft skills dan harus memiliki keterampilan dan kemampuan di bidang science, technology, engineering, and mathematics (STEM)," ujarnya.

Ia melanjutkan peran pemerintah dan swasta adalah mengubah sistem pendidikan ke arah yang lebih modern dengan kurikulum berbasis STEM dan menyediakan program kursus, pelatihan, dan magang, serta guru diberikan pelatihan dan sarana dalam mendukung prosesnya ke arah teknologi dengan mengedepankan kolaborasi semua pihak.

Menurut dia, kalau Indonesia ingin masuk jajaran 10 besar negara di dunia dengan perekonomian terbesar pada 2030 dan mencapai visi Indonesia Emas 2045 dengan Indonesia diproyeksikan menjadi negara perekonomian terbesar keempat di dunia, maka Indonesia harus menggarap bonus demografi, meningkatkan kualitas SDM, mengubah sistem pendidikan, dan mengasah soft skills dan hard skills.

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020