Tipikal produk makanan laut kami disimpan di gudang dan didistribusikan dalam kontainer dingin sehingga tidak mungkin virus akan bertahan lama dan mendorong kemungkinan menginfeksi manusia

Jakarta (ANTARA) - Sejumlah pakar di China menyangsikan ikan salmon sebagai pembawa virus hingga menyebabkan orang-orang di Pasar Induk Xinfadi dan sekitarnya terinfeksi COVID-19.

Peneliti senior di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular China (CCDC) Zeng Guang, Minggu (14/6), mengatakan bahwa berdasarkan analisis awal atas dua kasus terdahulu menyebutkan virus corona yang baru saja merebak berbeda dengan salah satu temuan di China dan data awal mengarah pada satu varietas yang bermutasi dari Eropa.

Walau begitu Zeng meminta masyarakat membuktikan temuan tersebut dengan mengambil garam yang sering digunakan untuk memastikan asal virus tersebut, demikian China Daily, Senin.

Kepala Epidemiolog CCDC Wu Zunyou sebelumnya mengatakan bahwa habitat alami ikan tidak akan tertular virus corona.

Namun ikan tersebut bisa tertular dari para pekerja penangkapan atau pengiriman.

China mengimpor 80.000 ribu ton salmon dingin dan beku setiap tahun dari Chile, Norwegia, Kepulauan Faeroe, Australia, dan Kanada, demikian laman berita Jiemian.com.

Wu tidak bisa menyimpulkan salmon sebagai inang dari virus corona apalagi kalau hanya mendeteksinya dari papan pemotongan ikan di Pasar Induk Xinfadi.

"Tipikal produk makanan laut kami disimpan di gudang dan didistribusikan dalam kontainer dingin sehingga tidak mungkin virus akan bertahan lama dan mendorong kemungkinan menginfeksi manusia," ujarnya.

Menurut dia, ada dua kemungkinan terjadinya penularan yang menjadikan Pasar Xinfadi sebagai klaster baru COVID-19.

Pertama, kemungkinan berasal dari masuknya daging dan ikan dari berbagai negara ke pasar grosir terbesar di Beijing tersebut.

Kemungkinan kedua penularan dari manusia ke manusia. "Orang terinfeksi membawa virus ke pasar tersebut merupakan kelompok orang tanpa gejala atau mengalami gejala ringan. Hiruk-pikuk di pasar menyebabkan klaster baru," kata Wu.

Namun dia mengingatkan masyarakat Ibu Kota tidak panik. "Bagaimana cara mengakumulasi kasus itu dalam beberapa bulan terakhir dan dengan menggunakan teknologi mutakhir seperti mahadata akan menjadikan pelacakan dan diagnosis awal lebih baik lagi," katanya.

Pada Sabtu (13/6) ditemukan 36 kasus baru di pasar grosir produk pertanian, perikanan, dan peternakan di pinggiran Ibu Kota tersebut.

Pemerintah Kota Beijing telah menguji sampel 76.499 orang yang berhubungan dengan Pasar Induk Xinfadi, sebanyak 59 di antaranya positif.

Lebih dari 29.300 orang mengunjungi pasar induk yang berlokasi di Distrik Fengtai itu dalam 14 hari terakhir telah diuji. Pada saat itu 12.973 di antaranya hasilnya negatif, demikian Global Times.

Baca juga: Beijing catat 36 kasus baru COVID-19 terkait klaster pasar Xinfadi

Baca juga: Harvard perkirakan virus corona menyebar di China sejak Agustus 2019

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020