Surat kabar tersebut melaporkan konsumsi obat anti-depresi melonjak 26 juta kotak pada 2008, sedangkan pada 2003 konsumsi obat itu mencapai 14 juta kotak, sehingga meningkatkan jumlah penghasil dari sektor tersebut jadi 12,1 miliar lira Turki (sekitar 8,2 miliar dolar AS) pada 2008 dari 4,8 miliar lira pada 2002.
Harian itu, dengan mengutip keterangan Halis Ulas, pejabat urusan hubungan luar negeri di Perhimpunan Psikiatri Turki, melaporkan telah terjadi "booming" dalam beberapa tahun belakangan dalam penggunaan obat anti-depresi dan anti-psikotik.
Namun, Ulas mengatakan tak perlu ada kekhawatiran mengenai kesehatan mental nasional karena semua obat tersebut tidak dikonsumsi karena terjadinya peningkatan dalam kebutuhan nyata tapi karena terjadi peningkatan penduduk.
Alasan itu adalah "pemasaran yang efektif oleh perusahaan obat dan kerja sama mereka dengan para dokter", kata pejabat tersebut.
Industri obat menghabiskan 15 persen anggarannya pada penelitian dan pengembangan sementara kegiatan promosi dan publikasi menerima dua kali lipat. Lemahnya kebijakan kesehatan yang dilaksanakan adalah juga faktor lain peningkatan dalam konsumsi obat.
Ulas menambahkan jumlah ahli ilmu jiwa di Turki menyebabkan para dokter dari lapangan lain medis untuk memberi resep obat yang tak sesuai bagi diagnosis yang tak patut. Itu menjadi alasan lain peningkatan penggunaan obat anti-depresi.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009