PBB (ANTARA News/Reuters) - Muammar Gaddafi dalam pidato pertamanya di Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam 40 tahun sebagai penguasa otokratik Libia pada Rabu menuduh negara-negara besar di Dewan Keamanan mengkhianati prinsip-prinsip Piagam PBB.
"Pembukaan (piagam PBB) menyatakan semua negara sederajat apakah mereka kecil atau besar," kata Gaddafi dalam pidatonya yang cukup panjang.
Setelah membaca salinan Piagam PBB, Gaddafi mengutuk hak veto yang dimiliki lima anggota tetap DK, satu butir merujuknya sebagai "dewan teror".
Berbicara melalui seorang penerjemah, ia berkata: "Hak veto bertentangan dengan piagam itu, kami tidak menerimanya dan kami tidak mengakuinya."
Mengenakan jubah warna tembaga dengan lencana Afrika di dadanya, pemimpin Libia itu menjatuhkan salinan piagam tersebut di podium beberapa kali sebelum mengenai pundaknya.
Gaddafi berpidato selama 1 jam dan 35 menit dengan topik mulai dari pembunuhan Presiden AS John F. Kennedy, invasi AS ke Grenada dan obat-obatan gratis bagi anak-anak dunia.
Pidato terlama pernah dilakukan Fidel Castro dari Kuba tahun 1960. Castro berpidato selama empat jam, mengecam imprialisme AS.
Ketika Gaddafi berpidato, sejumlah delegasi meninggalkan ruang dan pemimpin Libia itu mengeluhkan penampilan hadirin yang kelelahan.
"Mohon perhatian," ujarnya."Anda semua kelelahan karena jet lag...Anda lelah. Anda semua tertidur."
Banyak negara marah karena Libia menerima pejabat negara itu dengan hangat di depan umum. Pejabat itu terbukti terlibat dalam serangan bom Lockerbie 1988 yang dibebaskan Skotlandia bulan lalu atas alasan kesehatan.
Di Washington, ketika Gaddafi berbicara, Senat AS menyetujui resolusi yang mengutuk upacara penyambutan pejabat tersebut dan menuntut Libia meminta maaf.
Hanya isu tersebut yang Gaddafi tak sentuh dalam pidatonya.
Kehadirannya mengundang sejumlah protes dan minat besar di New York. Ia tidak berhasil mendapat izin untuk mendirikan tenda di Central Park dan dua lain dekat kota New York.
Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia dan China merupakan anggota DK PBB yang memiliki hak veto. Dewan itu merupakan badan yang paling berkuasa dalam PBB. Libia memiliki kursi sementara di dewan itu, satu di antara 15 anggota panel hingga akhir tahun ini.
"Hak veto hendaknya ditiadakan," kata Gaddafi.
"Dewan Keamanan tidak menyediakan keamanan bagi kami tetapi teror dan sanksi," katanya kepada para pemimpin yang berkumpul pada pembukaan Sidang Umum PBB yang diikuti 192 negara.
Gaddafi, yang berbicara setelah Presiden AS Barack Obama, mengatakan bahwa fakta "65 perang" telah pecah sejak PBB didirikan selama 60 tahun lalu menunjukkan prinsip-prinsip pembentukannya telah dikhianati.
"Pemilihan Obama merupakan permulaan perubahan," katanya dan menyambut komitmen Obama bagi perlucutan nuklir. Presiden-presiden AS lain, katanya, telah menakut-nakuti kawasannya.
AS mulai mencabut sanksi dan memulihkan hubungan dengan Tripoli setelah Gaddafi mengatakan Libia meninggalkan program nuklir dan senjata biologi pada Desember 2003.
Pemimpin Libia, yang telah lama menjadi salah satu pengeritik Israel di Timur Tengah, tidak menyerang negara Yahudi itu, kecuali ia mengulangi kembali seruannya bagi negara tunggal tempat orang Yahudi dan Palestina hidup berdampingan.
"Solusinya adalah negara demokrasi tanpa fanatisme keagamaan," ujarnya. "Setiap orang hendaknya hidup damai. Isratine, Isratine adalah solusi."
Gaddafi, yang saat ini memimpin Uni Afrika, menyampaikan seruan Afrika untuk menduduki kursi tetap di DK PBB.
Ia juga mengatakan Afrika mengajukan kompensasi senilai 7,777 trilun AS atas kerusakan yang dilakukan pejajahnya pada masa penjajahan.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009