Jakarta (ANTARA News) - Pakar hukum dan kriminolog Universitas Indonesia, Prof Adrianus Meliala, PhD, di Jakarta, Rabu malam, mengatakan, pascatewasnya salah satu gembong teroris Noordin M Top, era pemberantasan terorisme di Indonesia mengalami antiklimaks.
"Sebab, Dulmatin yang konon menggantikan posisi Noordin, belum kedengaran aksinya. Karenanya, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) perlu mencari `ikon` baru agar penegakan hukum terhadap pelaku terorisme terus berlanjut," ujarnya kepada ANTARA.
Namun, menurutnya, justru saat ini merupakan momen yang baik bagi beberapa instansi Pemerintah (di luar Polri) untuk mengambil peran ikut mengatasi masalah tersebut.
Ini penting, demikian Adrianus Meliala, agar wajah pemberantasan terorisme di Indonesia tidak melulu berkarakter keras dan bernuansa hukum semata.
"Sekarang, setelah salah satu gembong teroris, yakni Noordin M Top dinyatakan tertembak, maka inilah momentum yang baik bagi instansi pemerintah seperti Departemen Agama (Depag), Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Departemen Perindustrian (Depperin), juga Departemen Hukum dan HAM (Dephukham) dan lain-lain mendorong proses deradikalisasi para mantan napi teroris," ungkapnya.
Upaya itu, lanjutnya, juga harus dilakukan bukan saja kepada para mantan napi tersebut, tetapi juga terhadap mereka yang diperkirakan bakal menjadi teroris.
"Instansi-instansi tersebut berkemampuan mengubah wajah pemberantasan terorisme di Indonesia, agar seperti saya katakan tadi tidak akan lagi melulu berwajah berwajah keras dan bernuansa hukum semata," ujarnya.
Namun, yang nampaknya agak repot, menurutnya, ialah, lembaga lain, karena akan diberi tempat `menggeser` peran utama Polri tersebut.
"Menurut saya, justifikasi untuk masuk dalam pemberantasan terorisme dengan wajah lebih `lunak`, (walaupun terorisme itu adalah kejahatan yang perlu mendapat penegakan hukum), kini terbuka," katanya.
Saat menyergap Noordin M Top, pihak Kepolisian Republik Indonesia (Polri) tidak mengulangi kesalahannya sewaktu di Temanggung (penyerbuan dengan jatuhnya satu korban tewas) dulu dan ternyata kali ini di Solo mampu melakukan operasinya dengan baik, ungkap Adrianus Meliala lagi(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
Seandainya WNI sendiri ikut bekerja sama mendunkung usaha aparat dlm memberantas kejahatan biadab (Teroris).
Tetapi bodohnya warga kita justru sebaliknya.
Bahkan para ulama yg zenggotnya kawer2 juga setali tiga uang dgn para Killer itu.
Moga2 sekarang semua MATA,NURANI jadi MELEK ,sadar , masuk sorga bkn dgn cara membantai sesama.