Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama menunda keputusan menyangkut pengiriman pasukan tambahan ke Afghanistan karena meragukan pemilu negara itu dan legitimasi pemerintahnya, dan akan mempertimbangkan opsi-opsi lain, kata para pejabat.
Presiden Barack Obama, atas desakan agar mengubah keputusan untuk mengirim pasukan tambahan ke Afghanistan, menunda tindakan itu karena meragukan tentang hasil pemilu bulan lalu di negara itu dan legitimasi pemerintah di Kabul, kata para pejabat, Selasa waktu setempat (Rabu WIB).
Sementara seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terkemuka dari partai Demokrat memperingatkan Obama tidak mengulangi apa yang ia sebut kebijakan pemerintah George W. Bush yang "setengah bodoh dan harapan", dan pihak partai Republik menuduh dia ragu-ragu, kata para pejabat pemerintah akan ada satu peninjauan yang mendalam apakah strategi perang enam bulan mereka masih dapat efektif.
Mereka mengatakan pemilu di Afghanistan yang penuh kecurangan dan dampaknya pada persepsi publik akan merupakan satu hal penting untuk ditinjau kembali.
Bahkan strategi kontra pemberontakan terbaik -- yang dipusatkan pada kemenangan bagi penduduk Afghanistan dan menyingkirkan Taliban -- "tidak dapat bekerja" tanpa satu pemerintah yang sah, kata seorang pejabat Gedung Putih.
Komandan penting AS dan NATO di Afghanistan Jendral Stanley McChrystal, berencana akan mengajukan sebuah permintaan tambahan tentara segera setelah menyelesaikan penilaian resminya mengenai perang pada 30 Agustus.
Beberapa orang dalam Pentagon melihat fokus Obama pada legitimasi pemerintah Afghanistan kecil sehingga membuat dia menangguhkan satu keputusan politik berat untuk mengirim pasukan tambahan, yang meningkatkan ketidak populerannya dalam partai Demokratnya.
"Pemilihan itu kemungkinan tidak sempurna, tetapi apakah itu cukup baik?" tanya seorang anggota partai itu dan menambahkan mengalahkan Taliban harus merupakan satu yang terpenting.
Paling tidak satu pejabat penting Demokrat bersama dengan para pemimpin partai lainnya , memperingatkan Obama agar tidak melakukan tindakan setengah-setengah.
Sebagai bagian dari peninjauan itu, pemerintah Obama akan mempertimbangkan sejumlah opsi, mulai dar meningkatkan jumlah pasukan AS di Afghanistan sampai pada peningkatan serangan-serangan udara terhadap gerilyawan Taliban dan Al Qaida di Pakistan, atau kombinasi keduanya.
McChrystal dalam penilaiannya itu memperingatkan bahwa misi itu mungkin akan gagal tanpa penambahan pasukan . Tetapi Obama menyebut dirinya sebagai seorang pendengar yang ragu-ragu" apabila hal itu menyangkut masalah pengiriman pasukan tambahan.
Di Afghanistan sekarang terdapat lebih dari 100.000 tentara Barat yang berperang melawan gerilyawan Taliban yang menguasai bagian bagian selatan dan timur negara itu.
McChrystal diperkirakan akan merekomendasikan pengiriman setidaknya 30.000 tentara tambahan, tetapi para pejabat mengatakan peninjauan kembali strategi Gedung Putih dapat memaksa dia mengubah permintaan itu.
Keinginan Karzai untuk menghindari tuduhan-tuduhan luas tentang kecurangan dalam pemilu itu , mempercepat proses itu dan mengaku menang telah membuat hubungan yang sudah jelek itu dengan pemerintah Obama itu semakin buruk, kata para pejabat.
Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan sengketa pemilu itu "tentu merupakan satu faktor yang merumitkan" menyangkut pertimbangan rekomendasi-rekomendasi pasukan McChrystal.
Para pejabat mengatakan masalah utama yang dipertanyakan adalah apakah strategi kontra pemberontakan itu akan sukses jika pemerintah Karzai tidak dianggap oleh rakyat Afghanistan sebagai pemerintah yang sah.
"Saya rasa bukan begitu," kata seorang pejabat ketika ditanya tentang masalah itu. "Apakah rakyat rakyat Afghanistan akan menerima hasil pemilu itu. Kami bahkan belum mengetahuinya."
Senator dari partai Republik John McCain , yang kalah dalam pemilihan presiden dengan Obama tahun lalu, mengatakan satu keputusan mengenai pasukan perlu segera diambil dan mengatakan ia heran dengan gagasan bahwa Obama akan meminta McChrystal menunda mengirimkan rekomendasi-rekomendasinya.
McCain dan para anggota partai Republik di Komite Angkatan Bersenjata Senat menyerukan ketua komite , Senator Demokrat Carl Levin, menjadwalkan satu acara dengar pendapat dan mengundang MChrystal dan Jenderal David Petraeus, seorang komandan militer lainnya di Afghanistan untuk memberikan laporan. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009