Brisbane (ANTARA News) - Badai debu pekat kemerahan yang menyelimuti wilayah kota metropolitan Sydney dan sekitarnya sejak Selasa malam hingga Rabu siang merupakan yang "terburuk" dalam tujuh tahun terakhir, kata seorang warga Indonesia yang sudah menetap sekitar tujuh tahun di Sydney.
"Selama sekitar tujuh tahun tinggal di Sydney, baru pertama kali ini badai debunya separah ini. Jarak pandang pendek. Saya perkirakan pagi tadi jarak pandang hanya sekitar 50 sampai 100 meter," kata Muhamad Arifin, warga Indonesia yang sehari-hari bekerja di Rumah Sakit "War Memorial" Sydney ini.
Dampak badai debu yang sempat menghentikan sementara penerbangan di Bandar Udara Sydney itu tidak hanya sempat memperburuk jarak pandang tetapi juga mengakibatkan dibatalkannya sementara operasi kapal feri dan penutupan sementara tunnel (lorong) jalan raya menuju dalam kota Sydney, katanya.
"Saat bangun sekitar pukul 04.00 pagi tadi suasana di luar rumah sangat pekat. Karena tunnel ditutup dan warna langit memerah dengan jarak pandang hanya sekitar 50 sampai 100 meter, saya putuskan ke kantor (War Memorial Hospital-red.) dengan KRL," kata Arifin.
Kepekatan badai debu berangsur menurun sejak pukul 13.00 dengan hembusan angin yang juga tidak lagi sekencang pagi hari.
"Sekarang ini suasana di luar sudah mulai terang tapi debu masih terasa pekat," katanya.
Namun Pusat Informasi dan Pelayanan PKS Australia-Selandia Baru (PIP PKS ANZ) ini mengingatkan bahwa dampak badai debu terhadap kesehatan pernafasan baru dirasakan warga dalam beberapa hari lagi.
Sementara itu, badai debu pekat yang menyelimuti kota Sydney dan sekitarnya itu tidak mempengaruhi kegiatan pelayanan kantor Konsulat Jenderal RI Sydney. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009