kulit ari kacang tanah berpotensi digunakan sebagai sumber makanan fungsional yang dapat dikembangkan sebagai bahan baku suplemen

Jakarta (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian menemukan kulit ari kacang tanah memiliki khasiat untuk kesehatan yakni mampu menurunkan risiko berbagai penyakit degeneratif.

Peneliti Balitbangtan, Agustina Asri Rahmianna mengatakan, penyakit degeratif tersebut seperti penyakit jantung koroner, diabetes tipe 2, kanker, mencegah obesitas pada anak-anak, dan menurunkan kandungan kolesterol yaitu kolesterol total dan LDL.

"Kacang tanah yang utuh terdiri dari kulit polong, kulit ari biji, dan biji. Dari ketiga komponen tersebut, rata-rata yang dimanfaatkan hanya bijinya saja untuk dikonsumsi. Sedangkan kulit polong dan kulit ari biji kacang tanah tidak termanfaatkan dan dibuang begitu saja sebagai sampah," katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.

Dikatakannya, kacang tanah telah dikenal memiliki manfaat yang cukup banyak dikarenakan tingginya kandungan nutrisi yang ada di dalamnya seperti vitamin E, asam folat, protein, mangan, biotin, serat, magnesium, lemak tak jenuh tunggal.

Selain itu, menurut Agustina yang melakukan penelitian, khasiat kulit ari kacang tanah tersebut kaya akan antioksidan sehingga beragam manfaat dapat diperoleh dengan mengonsumsi kacang tanah secara tepat dan rutin.

Dalam penelitiannya, Agustina mendapati kandungan pada kulit ari kacang tanah terdiri empat unsur yaitu serat, minyak, protein, dan senyawa-senyawa fenolik.

Namun, dari keempat unsur yang terkandung, hanya senyawa-senyawa fenolik inilah yang bisa dimanfaatkan sebagai obat, sebab senyawa-senyawa fenolik sangat penting dalam mekanisme ketahanan tubuh secara kimiawi yang berfungsi sebagai antioksidan dan anti radang di dalam tubuh manusia.

"Dengan beragamnya senyawa-senyawa fenolik yang terkandung, maka kulit ari kacang tanah berpotensi digunakan sebagai sumber makanan fungsional yang dapat dikembangkan sebagai bahan baku suplemen," katanya.

Meski kaya dengan kandungan senyawa biokimia, kulit ari biji kacang tanah ini tidak mempunyai nilai ekonomi sama sekali.

Padahal, kandungan fenolik dan antioksidan pada kulit ari biji kacang tanah tertinggi dibanding yang ada pada keping biji, kulit polong, dan akar, serta daun.

Sayangnya kulit ari biji kacang tanah ini sangat kecil volumenya, hanya 2,5-3 persen dari bobot biji.

Sementara itu Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry, menyambut gembira hasil penelitian ini, dan menyampaikan peluang hasil riset dari kulit ari kacang tanah tersebut.

Kulit ari tanah yang semula tidak ada nilainya, tambahnya, dapat bermanfaat untuk kesehatan dan menjadi nilai tambah bagi petani.

"Kulit ari kacang tanah ini berpotensi sebagai bahan baku untuk membuat produk baru yang bermanfaat untuk kesehatan, sekaligus dapat menciptakan peluang pasar baru sehingga sisa-sisa pertanian memberi dampak pada peningkatan nilai tambah bagi petani," katanya.

Plt. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Haris Syahbuddin menambahkan sejak 1950-an, Kementerian Pertanian sudah melepas lebih dari 45 varietas kacang tanah yang terbaru yakni varietas Tasia 1 dan Tasia 2.

"Kedua varietas tersebut mempunyai potensi hasil antara 4,2 dan 4,3 t/ha dan umur masaknya 90 dan 95 hari," katanya.

Selain itu, kedua varietas tersebut tahan terhadap kutu kebul, tahan terhadap penyakit layu bakteri, serta agak tahan terhadap penyakit karat dan bercak daun.

Dengan potensi produksi dari Tasia 1 dan Tasia 2 diharapkan dapat membuka peluang pasar bagi petani untuk ikut masuk ke sektor industri atau UMKM pengolahan kacang tanah sehingga nilai tambah dapat dirasakan oleh petani kacang tanah.

Baca juga: Kulit kacang tanah-biji durian kandung antioksidan
Baca juga: UGM kembangkan varietas kacang tanah baru
Baca juga: Balitbangtan sebut perlu pupuk organik kembalikan tanah sehat

Pewarta: Subagyo
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020