New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak berbalik naik (rebound) di atas 70 dolar AS per barel pada Selasa waktu setempat, karena mata uang AS mencapai terendah satu tahun terhadap euro, tetapi perdagangan sangat berhati-hati jelang pertemuan puncak G20, para analis.
Para investor juga memantau dengan cermat pertemuan kebijakan Federal Reserve AS yang dapat memberikan indikasi pada kecepatan pemulihan ekonomi Amerika Serikat, konsumen energi terbesar di dunia.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Oktober, melompat 1,84 dolar AS dari Senin menjadi berakhir pada 71,55 dolar AS per barel. Kontrak telah menyusut 2,33 dolar AS pada Senin.
Di London minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan November naik 1,67 dolar AS menjadi 70,36 dolar AS per barel.
Harga minyak melambung setelah mata uang tunggal Eropa melonjak ke satu tahun tertinggi di atas 1,48 dolar AS pada Selasa karena banyak investor menjual aset "safe haven" (tempat berlindung yang aman) seperti greenback didukung optimisme pertumbuhan ekonomi, kata para dealer.
Sejak minyak diperdagangkan dalam mata uang AS, dolar yang lebih lemah membuat komoditas lebih menarik bagi pemegang unit yang lebih kuat, yang menyebabkan permintaan lebih besar dan
mendorong harga lebih tinggi.
Analis pasar mengatakan, harga minyak mempertahankan rentang perdagangan yang telah berlangsung sejak pertengahan tahun dengan investor menunggu lebih banyak petunjuk dari laporan persediaan minyak AS pada Rabu.
"Pasar saat ini terbagi jatuh antara mereka yang memegang pandangan bahwa harga tertutup sampai bukti-bukti lebih lanjut pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan muncul, dan orang yang percaya bahwa minyak tetap `undervalued` sementara investasi prasarana masih terkendala, ancaman geopolitik berlimpah dan aset keuangan terus tidak pasti," kata analis Mike Fitzpatrick dari MF Global.
Phil Flynn dari PFG Best Research mengatakan, harga minyak juga mendapat dorongan Selasa dari laporan tentang meningkatnya impor minyak China.
Itu "memberikan minyak `bull` (bergairah) memberi harapan bahwa permintaan di China tidak seburuk yang dikhawatirkan," katanya.
"Yang benar adalah bahwa permintaan minyak China sebagian besar tergantung pada kekuatan dolar. Dolar yang lemah telah mendorong China untuk mengimpor lebih banyak minyak daripada kebutuhan mereka ," tambahnya.
Analis memperkirakan bahwa bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga kunci pada tingkat yang ada hampir nol persen ketika mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari pada Rabu.
Investor juga mengamati pertemuan pemimpin dunia G20 di Pittsburgh, Pennsylvania, akhir pekan ini untuk petunjuk tentang prospek ekonomi global dan berapa lama tindakan stimulus besar-besaran akan dipertahankan di tempatnya.
Konsultan energi berbasis di London, Centre for Global Energy Studies mengatakan dalam sebuah laporan pekan ini, bahwa harga minyak tidak akan naik secara signifikan tahun ini, kecuali jika ada "sinyal yang jelas" ekonomi dunia "menarik diri dari resesi pada mode yang berkelanjutan."
Penurunan ekonomi global telah melemahkan permintaan energi, menyeret kasar harga minyak dari rekor tertinggi di atas 147 dolar AS pada Juli 2008 menjadi 32,40 dolar pada Desember.
Harga minyak memenangkan kembali sebagian penurunannya menjadi untuk berkisar sekitar 70 dolar AS, di tengah berkembangnya harapan pemulihan ekonomi di seluruh dunia. (*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009