Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan ada sepuluh tren teknologi yang menjadi peluang baru bagi perusahaan rintisan atau startup Indonesia dalam normal baru.
"Sepuluh tren ini jangan kita lihat sebagai darurat, justru harus kita lihat sebagai 'the new normal' (normal baru) atau 'the new future' (masa depan baru) karena ini adalah bagian dari revolusi industri keempat," kata Menristek Bambang dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: Menristek sebut ekonomi minim kontak terjadi di normal baru
Sepuluh tren teknologi itu adalah belanja dalam jaringan (daring), pembayaran digital (digital payment), teleworking atau bekerja dari rumah, pelayanan medis jarak jauh atau telemedicine, pendidikan (tele-education) dan pelatihan jarak jauh (tele-training), hiburan daring, rantai pasokan (supply chain 4.0), 3D printing, robot dan drone, serta teknologi 5G dan teknologi informasi dan komunikasi.
Sepuluh tren teknologi tersebut tidak hanya akan terjadi selama masa darurat wabah COVID-19, namun diperkirakan menjadi masa depan baru bagi Indonesia dan dunia.
Menteri Bambang menuturkan salah satu contoh inovasi dalam bidang telemedicine yang sudah diaplikasikan adalah Robot Medical Assistant ITS - Airlangga (RAISA) yang dikembangkan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA).
Robot tersebut dapat menjalankan fungsi, antara lain memberikan makan, memberikan obat, sampai mengecek infus pasien sehingga perawat tidak perlu terlalu sering bertemu pasien untuk mengurangi eksposur terhadap COVID-19.
Baca juga: Menristek: Mayoritas virus corona Indonesia tidak termasuk tipe dunia
Tren teknologi yang sudah diminati banyak orang adalah belanja daring dan pembayaran digital yang juga mulai lebih dipilih kalangan milenial dan ibu-ibu dalam berbelanja dibanding berbelanja secara langsung.
"Yang milenial pasti sudah seratus persen barangkali mengalihkan kegiatan belanjanya menuju 'e-commerce', bahkan untuk ibu-ibu yang biasanya lebih senang mencari sendiri ke supermarket sekarang lebih senang kalau bisa pesan lewat supermarket 'online' dan langsung diantar ke rumah. Ini berarti logistik sudah jalan," tutur Menristek Bambang.
Menristek Bambang mendorong para pemuda dan milenial, terutama dari perguruan tinggi untuk tidak hanya melihat startup dalam lingkup bisnis berbasis dalam jaringan (online) saja, tetapi juga mulai melihat bidang-bidang lain yang sudah harus menerapkan teknologi terbaru.
Salah satunya adalah startup di bidang genom bernama Nusantics yang didukung oleh Kementerian Riset dan Teknolohi/BRIN serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Nusantics berhasil merancang perangkat tes Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction_ (RT-PCR) untuk mendeteksi COVID-19 yang akan diproduksi massal oleh badan usaha milik negara PT Bio Farma.
"Startup itu tidak hanya untuk 'on demand' atau startup untuk 'e-commerce' atau 'digital payment', tapi juga startup di bidang kesehatan bahkan ada startup di bidang vaksin dengan pendekatan teknologi yang baru, jadi dia tidak hanya sekadar membuat vaksin tapi mengembangkan metode baru dalam pengembangan vaksin," ujar Bambang.
Baca juga: Bio Farma dan Sinovac China akan uji klinis vaksin COVID di Indonesia
Baca juga: Menristek: Vaksin COVID-19 di luar negeri dikembangkan swasta
Menristek Bambang juga mendorong para startup untuk semakin banyak menciptakan aplikasi digital dalam sepuluh tren baru teknologi di normal baru karena ke depan kontak langsung dengan orang lain akan berkurang.
"Yang kita butuhkan sekarang adalah aplikasi. Semakin banyak aplikasi yang bisa meminimalisasi kontak langsung dan tentunya harus sesuai dengan peraturan perundangan. Intinya bagaimana kita membuat aplikasi yang bisa meminimalisasi kontak langsung dalam berbagai hal, bagaimana yang sepuluh tadi bisa dijalankan secara sempurna atau secara mulus," tutur Bambang.
Menurut Menristek Bambang, teknologi informasi dan komunikasi saat ini bukan menjadi suatu kemewahan, namun menjadi kebutuhan masyarakat sehingga pemerintah dan masyarakat perlu melihat infrastruktur bagi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), termasuk akses internet menjadi infrastruktur dasar sama seperti jalan raya dan pembangkit listrik.
"Infrastruktur TIK harus diperlakukan sama dengan infrastruktur perhubungan maupun infrastruktur energi karena TIK sudah menjadi kebutuhan dasar manusia dalam kondisi hari ini," ujar Bambang.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020