Jakarta (ANTARA) - Snapchat baru-baru ini memutuskan tidak lagi mau menayangkan konten dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada laman Discover karena isu rasisme.
CEO Snap, Evan Spiegel menyebut aksi yang diambil perusahaannya itu sesuai dengan Amandemen Pertama, bahwa mereka bisa memutuskan apa yang muncul di platform tersebut.
"Kami selalu menyatakan Discover adalah platform tertutup dan kami memilih tipe konten seperti apa yang ingin dipromosikan di platform kami," kata Spiegel, dikutip dari Cnet, Sabtu.
Baca juga: Snapchat perbarui aplikasi demi tambah audiens
Baca juga: Snapchat hapus akun Trump dari bagian promosi
Menurut Spiegel, Amandemen Pertama berfungsi untuk melindungi individual dan bisnis privat dari pemerintah.
"Kami ingin menggunakan hak kami untuk membela apa yang kami yakini," kata Spiegel.
Snap beberapa waktu lalu resmi menyatakan tidak lagi mempromosikan konten dari Presiden Trump di bagian Discover dengan alasan tidak mau mengamplifikasi suara-suara yang memicu kekerasan terhadap ras.
"Kekerasan ras dan ketidakdilan tidak mendapatkan tempat di masyarakat kami, dan kami bersama dengan mereka yang mencari kedamaian, cinta, kesetaraan dan keadilan di Amerika," kata Snap.
Aksi dari Snapchat ini untuk menyikapi ujaran Presiden Trump pada akhir Mei lalu, meski pun tidak menggunakan platform yang populer dengan video temporer ini.
Trump pada 30 Mei lalu mencuit di Twitter, jika para demonstran di luar Gedung Putih menerobos pagar, mereka akan "disambut oleh anjing-anjing paling ganas dan senjata-senjata paling tidak menyenangkan".
Pengguna Snapchat tetap bisa mengikuti akun Presiden Trump dan melihat konten yang diunggah akun tersebut, meski pun tidak muncul di laman Discovery.
Baca juga: Facebook dan Snapchat kecam ketidaksetaraan ras usai kematian Floyd
Baca juga: Snapchat kolaborasi dengan seniman Damien Hirst untuk lensa AR baru
Baca juga: Penggunaan Snapchat naik drastis selama WFH akibat corona
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020