Pada Grebeg Syawal yang telah menjadi rutinitas Keraton Surakarta usai Ramadan, Senin, terdapat dua gunungan yang diperebutkan warga, antara lain gunungan "jaler" dan gunungan "estri".
Sebelum diperebutkan gunungan yang terdiri dari berbagai hasil bumi, seperti nasi, ketan, sayur-sayuran, dan telur, dikirab dari keraton menuju Masjid Agung Surakarta untuk didoakan oleh sejumlah pemuka agama Keraton Surakarta di masjid tersebut.
Usai didoakan, gunungan "estri" diperebutkan warga di depan Masjid Agung Surakarta, sedangkan gunungan "jaler" diperebutkan di depan Keraton Surakarta.
Para warga mempercayai serpihan gunungan yang tersebut akan mendatangkan berkah. Selain itu, masyarakat pun sudah banyak yang menunggu sejak pagi, padahal prosesi baru dimulai menjelang tengah hari.
Seorang warga Kecamatan Jebres, Darinah (72) mengatakan, dia memperebutkan gunungan tersebut karena berharap mendapatkan berkah jika die berhasil mendapatkan bagian dari gunungan tersebut.
"Gunungan yang sudah didoakan saya percaya memiliki berkah tersendiri," kata Darinah.
Senada dengan itu, warga Kabupaten Klaten, Mujiman (51) mengatakan, dengan mendapatkan bagian dari gunungan tersebut dia berharap doanya dapat dikabulkan oleh Tuhan.
Tidak hanya diperebutkan oleh warga Kota Solo dan daerah-daerah di sekitarnya, gunungan tersebut juga diperebutkan oleh warga dari provinsi lain.
Seorang warga Surabaya, Kristin (35) mengatakan, kesempatan dia untuk mudik ke Solo mendorong dia untuk ikut berebut gunungan Grebeg Syawal.
"Sebelumnya saya belum pernah mengikuti upacara adat ini," kata dia.
Pada kesempatan lain, Wakil Pangangeng Sasono Wilopo, KRA Winarno Kusumo, mengatakan, gunungan tersebut merupakan simbol syukur Sultan Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan rakyatnya atas keberhasilan menempuh puasa selama satu bulan penuh.
"Selain itu, upacara adat ini merupakan wujud rasa syukur Keraton Surakarta pada Tuhan karena telah melindungi Sultan Pakoe Boewono XIII dan rakyatnya," kata dia.
Pemberian gunungan tersebut kepada rakyat, lanjut Winarno Kusumo, merupakan wujud kepedulian sultan kepada rakyatnya.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009
lha kok aku sing wong solo dewe ga tau entuk berkah seko koyo ngono kui...
wah yen berkahe ntuk gempa modar kiii.....solo :))