Terjaminnya ketersediaan pangan akan menjadi perhatian utama dalam masa pandemi COVID-19

Jakarta (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian menyatakan optimalisasi lahan rawa merupakan strategi yang akan ditempuh untuk mengamankan ketersediaan pangan nasional pada musim kemarau (MK) tahun 2020.

Kepala Balibangtan Fadjry Djufry di Jakarta, Sabtu mengatakan, tatanan normal baru yang kebetulan bersamaan dengan masuknya MK 2020, mendorong kewaspadaan terhadap ancaman atau sebaliknya sebagai potensi iklim dan air terhadap ketersediaan pangan nasional.

"Terjaminnya ketersediaan pangan akan menjadi perhatian utama dalam masa pandemi COVID-19, tidak hanya pasokan atau ketersediaan, tetapi juga dengan harga, kontinuitas dan distribusi yang stabil dan terjaga," katanya melalui keterangan tertulis.

Baca juga: Balitbangtan kembangkan teknologi peningkatan produktivitas lahan rawa

Dalam webinar bertema "Potensi Iklim Musim Kemarau 2020 untuk Pengamanan Ketersediaan Pangan di Tengah Pandemi COVID-19," Fadjry mengatakan Kementan telah merumuskan berbagai program pengamanan dan peningkatan produksi pangan antara lain intensifikasi pada lahan baku sawah (LBS) seluas 5,6 juta ha pada musim tanam kedua
(MT-2).

Selain itu, lanjutnya, dalam seminar daring yang digelar Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (Perhimpi) bersama Balitbangtan itu, melakukan pengembangan intensifikasi extraordinary melalui optimalisasi lahan rawa dan lahan alternatif lainnya.

Menurut dia, selain untuk pengamanan dampak pandemi COVID-19, strategi tersebut juga ditujukan dalam rangka pencapaian target peningkatan produksi sebesar tujuh persen yang dirancang sebelumnya.

Ketua Dewan Pakar Perhimpi Prof Rizaldi Boer menambahkan kondisi iklim pada MK 2020 relatif basah dan tidak ada dinamika faktor pengendali iklim global yang mengindikasikan akan adanya ancaman kekeringan masif.

Namun demikian, lanjutnya, update perkembangan prakiraan musim ke depan harus selalu dipantau untuk menyiapkan langkah antisipatif bagi pengamanan produksi pangan pada MK 2020.

"Lebih penting lagi adalah bagaimana kita memanfaatkan kondisi iklim dan ketersediaan air pada MT-2 (MK-I) untuk menjamin pengamanan produksi pangan pada luas baku sawah (LBS 5,6 juta ha), bahkan untuk pemanfaatan MT-3 (MK-2) melalui pemanfaatan sumber daya air alternatif," ujarnya.

Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian Husnain mengungkapkan potensi peningkatan produksi padi tambahan pada MK 2020 melalui optimalisasi lahan rawa difokuskan pada lahan rawa lebak di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan.

Namun, khusus perluasan pemanfaatan lahan rawa yang lebih ditujukan untuk memperkuat cadangan beras nasional (CBN), tambahan produksi 1,5 juta ton melalui intensifikasi extraordinary dilakukan empat kabupaten di Kalteng yakni Barito Selatan, Barito Utara, Kapuas, dan Pulang Pisau.

Balitbangtan, tambahnya, selalu siap dengan teknologi inovatif lahan rawa dan sangat perhatian dengan pembelajaran dari sejarah panjang pengembangan pertanian rawa sejak puluhan tahun yang lalu.

Direktur Irigasi Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Rahmanto menambahkan strategi yang perlu dilakukan dalam memanfaatkan kondisi iklim saat ini adalah pemanfaatan hujan dan sumber air lokal berupa air permukaan dan air tanah melalui berbagai bangunan panen/penampung air.

Sasaran utamanya adalah peningkatan IP (indeks pertanaman) menjadi 1,5-2 kali, bahkan IP 300, serta percepatan tanam.

Baca juga: Balitbangtan sebut perlu pupuk organik kembalikan tanah sehat
Baca juga: Balitbangtan siap buka 79.142 ha lahan rawa dukung ketersediaan pangan

Pewarta: Subagyo
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020