Brussels (ANTARA) - Patung Raja Leopold II di Brussels dicopot dari tiang alasnya pada Kamis (11/6) malam oleh sejumlah aktivis, sebagaimana dilaporkan oleh lembaga penyiaran Belgia, RTBF.
Pada Jumat, pada lokasi berdirinya patung tersebut di wilayah Auderghem hanya tersisa tiang alas tanpa tanda-tanda di mana patung itu kini berada.
Raja Leopold II adalah raja Belgia yang menduduki takhta sejak 1865 hingga meninggal dunia pada 1909, dan semasa itu juga memiliki serta memerintah Negara Bebas Kongo mulai 1885.
Menurut catatan sejarah, Leopold II memperlakukan rakyat Negara Bebas Kongo dengan kejam, termasuk menerapkan praktik kerja paksa terhadap mereka hingga jutaan orang tewas—angka pastinya masih menjadi perdebatan.
Di sejumlah negara, aksi protes yang awalnya dipicu kematian George Floyd dan mengangkat tema anti-rasisme Black Lives Matter kini melebar pada isu perbudakan dan kekejaman tokoh pemimpin masa silam.
Patung tokoh-tokoh era kolonial menjadi sasaran amarah masyarakat, yang di Belgia sendiri difokuskan pada patung Raja Leopold II.
Baca juga: Pengunjuk rasa robohkan patung Christopher Columbus di Minnesota
Baca juga: Gubernur New York "bela" patung Columbus, simbol orang Italia-Amerika
Sebelum peristiwa penurunan, patung di ibu kota itu serta patung-patung lain sang raja telah menjadi sasaran aksi vandalisme oleh para demonstran dengan cara dibakar dan dicoreng cat merah.
Di tempat terpisah, sebuah patung Raja Baudouin—raja kelima Belgia dengan masa berkuasa terlama kedua setelah Leopold II—yang terletak di taman depan Gereja Katedral Brussels juga nampak tercoreng cat merah pada Jumat.
Wali kota Auderghem, Didier Gosuin, menyatakan ketidaksetujuannya terhadap aksi vandalisme semacam itu dalam wawancara dengan RTBF.
“Bukan begini cara berproses dalam demokrasi. Bukan begini cara kita menempatkan sejarah yang telah lalu ke jalur yang benar. Sebaliknya, aksi ini justru akan menimbulkan ketegangan dan konflik,” kata Gosuin.
Sumber: Reuters
Baca juga: Patung Baden-Powell di Inggris akan dipindahkan hindari aksi massa
Penerjemah: Suwanti
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2020