Jika dijejaki langsung, atmosfer transisi kehidupan urban perlahan menguak dari kawasan yang membentang dari Palabuhan Ratu di Sukabumi sampai Pangandaran di Ciamis itu.
Cerita mengenai santet atau teluh memang masih sesekali terdengar, namun yang kini lebih terekspos adalah testimoni tentang panorama indah, alam yang kaya, dan transformasi sosial ekonomi yang masif.
"Semua orang yang baru pertamakali ke sini selalu kaget, karena `pakidulan` (wilayah selatan) ternyata tak seseram dan seterpencil dugaan mereka," kata Nano Suyatno, pegawai kantor Kecamatan Tegal Buleud, daerah ujung selatan Sukabumi.
Faktanya, pantai selatan Jawa Barat menghadiahi siapapun sajian dan pengalaman mengesankan yang terhampar dari bumi para dewa atau parahyangan yang permai ini.
Rangkaian kebun teh, sisa hutan tropis nan lebat, pohon-pohon besar yang menjadi saksi lahir dan tenggelamnya kebudayaan sunda, berpadu dengan dusun-dusun dan kota-kota yang menata diri menyandingkan diri dengan kebudayaan urban, adalah hal-hal menyolok di selatan Jawa Barat.
Lain dari itu, menyusuri selatan adalah juga menapaktilasi jejak leluhur kultur asli Nusantara, khususnya Sunda.
Sejumlah jalan dan jembatan masih perlu diperbaiki lagi, tetapi nadi sistem transportasi daerah selatan telah menjalar ke segala kampung dan dusun, meski belum seluruhnya mulus.
Selain Palabuhan Ratu dan Pangandaran yang sudah lama kesohor, pesisir selatan Jawa Barat dipenuhi situs-situs pariwisata dan cagar budaya eksotis yang niscaya membangkitkan selera bertualang.
Sebutlah Ujung Genteng, tanjung mini yang menghijau oleh penyu-penyu hijau (Chelonia mydas) di Pantai Pangumbahan.
Walaupun pantai Ujung Genteng dipukul setiap saat oleh ombak Samudera Hindia yang ganas, namun tak seberhaya Palabuhan Ratu, karena ombak besar pecah di tengah samudera oleh gugusan karang laut di bibir pantai.
Terutama kawasan "Ombak Tujuh," Ujung Genteng adalah kawasan favorit turis mancanegara pehobi selancar. Orang juga akan menikmati buih samudera di antara batu-batu pantai yang dihuni ikan warna-warni.
Sentuhan urban
Bergerak ke timur dari Ujung Genteng, tanah Surade dan Tegal Buleud, yang gersang dan kerap disebut klenik, tapi auranya seeksotis wilayah di dekatnya, siap dicapai. Di antara keduanya, terhampar perkebunan karet dan jati Cisoka yang asri, dengan jalanan semulus perumahan elite di Cibubur.
Di situ, Jembatan Cisoka menautkan dua kecamatan yang dipisahkan Sungai Cisoka yang magis dan menyimpan cerita kuno tatar Pasundan.
Melewati Tegal Buleud, berbaring Jembatan Cibuni yang menghubungkan selatan Kabupaten Sukabumi dengan selatan Kabupaten Cianjur di Agrabinta.
Dari Jembatan Cibuni, wilayah selatan Kabupaten Cianjur tertapaki, namun ke Cianjur lebih enak ditempuh lewat Sagaranten, menuju Kadupandak yang terkenal dengan perempuannya yang rupawan yang konon keturunan peranakan Belanda.
Sagaranten dan Kadupandak konon dikenal mistis, tapi jika dihampiri lebih dekat, sentuhan modernitas dan kultur urban pekat menyelimuti keduanya, dibawa warganya yang bekerja di kota-kota besar Jawa Barat dan Jakarta atau perkawinan antar daerah.
Itu juga terjadi karena penetrasi bisnis, khususnya telekomunikasi dan waralaba, yang merambahi sepanjang pinggir selatan Jawa.
Dari Kadupandak, ada dua pilihan jalan. Pertama, terus ke utara menuju kota Cianjur, melewati Tanggeung, Pagelaran, Sukanagara, Campaka dan Cibeber. Di bentangan ini, rangkaian kebun teh yang menyegarkan sukma terhampar bagai permadani beludru hijau yang melembutkan pijakan langkah orang.
Tanggeung adalah simbol kemajuan daerah dan mungkin menjadi kota kecamatan pesisir selatan Cianjur yang terpesat perkembangannya. Suasana lebih urban terasa di wilayah yang hanya 30 menit dari pantai selatan ini, di antaranya oleh hadirnya warung Internet di sana, mirip Pameungpeuk di Garut dan Jampang Kulon di Sukabumi.
Pilihan berikutnya, terus ke selatan, memasuki Cibinong yang mendadak terkenal karena Longsor Cikangkareng, kemudian tegak ke selatan ke Sindang Barang, lalu ke timur menuju Cidaun, yang kampung pinggir pantainya mirip dengan panorama kampung pinggir pantai Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Di ujung Cidaun, obyek wisata pantai terpopuler di Cianjur, Pantai Jayanti, menanti untuk dikunjungi.
Dari Cidaun, orang tinggal memilih berbelok ke utara menuju Cisewu di Garut, untuk kemudian bergerak terus ke utara ke arah Pangalengan di Kabupaten Bandung, atau berlanjut menapaki tepi selatan, menuju Cipacung sampai Cimari, menyeberangi Sungai Cisadea, tempat sebuah jembatan besar tengah dibangun.
Kurang duapuluh menit dari Cimari, Cekelet dan Pameungpeuk menanti untuk disinggahi. Jalan di rute ini tak begitu bagus, tapi tak akan merusakkan kendaraan.
2010
Pameungpeuk terkenal sebagai sentra peluncuran roket Lembaga Penerbangan Antariksa Nasioal (LAPAN), sekaligus salah satu dari tiga titik teramai di tepi selatan Jabar, selain Palabuhan Ratu dan Pangandaran.
Dari Pameungpeuk, perjalanan ke utara menuju Garut, mata dan pikiran akan disegarkan oleh pemandangan teramat indah, mulai dari hutan lindung yang lebat tetapi menakjubkan, disambung Cisarupan yang dipenuhi kelokan-kelokan indah jalan khas panorama sekitar kebun teh.
Selain suasananya lebih asri ketimbang Puncak di Bogor, jalanan di jalur ini begitu mulus, nyaris tanpa lobang.
Alternatif lain adalah terus menyusur ke timur hingga sekitar setengah jam kemudian masuk ke wilayah Kabupaten Tasikmalaya mulai Ciawi, Cioleng, hingga Cipatujah yang merupakan situs wisata pantai andalan Kabupaten Tasikmalaya.
Dari Cipatujah, ada dua pilihan jalan, ke utara lewat Karangnunggal menuju Tasikmalaya, atau terus ke selatan ke Cisaat, kemudian Cikalong, lalu sedikit utara ke Kalapagenep di Ciamis, melintasi dua jembatan yang memotong Sungai Cilangla dan Cimanuk.
Dari situ, pesisir selatan bisa terus disusuri hinga Teluk Pananjung, tempat dulu Jepang mendaratkan pasukannya untuk menaklukan Belanda.
Setelah itu, singgahlah di Parigi yang juga diceritakan bernuansa mistis. Di sini, objek pelancongan termasyur Batu Hiu menunggu untuk disambangi. Konon, batu hitam mirip ikan hiu sedang berenang itu acap diziarahi sinden (penyanyi) beken atau penabuh gamelan kesohor.
Pilihan berikutnya adalah menuju utara ke Cikijing, terus ke Cijulang untuk bersua lagi di Parigi.
Dari Parigi, jalan provinsi yang mulus melewati Cikembulan memanjakan kembali kendaraan para pelancong, hingga Pangandaran dan Kalipucang, ujung-ujung timur lingkaran eksotis pesisir selatan Jawa Barat yang sesekali dibelah sungai-sungai kuno, saksi timbul tenggelamnya budaya dan tradisi parahyangan.
Perjalanan wisata ini akan semakin mengasyikan pada 2010, saat jalan Trans Jabar Selatan yang panjangnya 418 km, dituntaskan tahun itu, jika semua berjalan sesuai rencana.
"Kalau semuanya sudah nyambung, bisa ditempuh delapan jam saja," kata Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat Thahir Sastrodiningrat, seperti dikutip Pikiran Rakyat.(*)
Oleh Jafar M. Sidik
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009