Kabul (ANTARA News/AFP) - Pemimpin gerakan Taliban mengeluarkan peringatan pada Sabtu kepada pasukan Barat di Afghanistan bahwa kekalahan akan datang sebentar lagi dan mereka sebaiknya belajar dari pelajaran sejarah.
Beberapa pekan sebelum ulang tahun kedelapan invasi pimpinan AS yang menggulingkan rezim Taliban, Mullah Omar melukiskan Afghanistan sebagai kuburan bagi pasukan "kolonial."
Dalam pernyataan yang dikeluarkan untuk menandai Idul Fitri, ia merujuk kepada "korban besar dan moral merosot" di antara lebih 100.000 serdadu NATO pimpinan Amerika Serikat di Afghanistan untuk memerangi pemberontakan terkait Taliban.
"Semakin bertambah pasukan musuh, semakin mereka menghadapi kekalahan di Afghanistan," demikian pernyataan tersebut.
Pemberontak terkait Taliban telah bangkit dalam beberapa bulan terakhir, mundur dari medan pertempuran tetapi mereka meningkatkan penggunaan bom-bom di tepi jalan khususnya di bagian selatan negeri itu.
Tahun ini lebih 350 serdadu asing tewas di Afghanistan, yang membuatnya tahun paling mematikan sejak invasi 7 Oktober 2001.
ISAF mengatakan Sabtu bahwa seorang serdadu -- yang kewarganegaraannya tidak diberikan -- tewas dalam kontak senjata di bagian selatan Afghanistan,
Pada Kamis enam serdadu Italia dan sedikitnya 10 warga sipil Afghanistan tewas dalam serangan bunuh diri di Kabul.
Serangan itu mendorong Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi mengatakan Italia sekarang ingin mengurangi serdadunya di Afghanistan tapi hanya dengan persetujuan para mitranya di NATO.
"Kami ingin sekali membawa pulang anak-anak kami sesegera mungkin," ujar Berlusconi.
Omar merupakan pendiri Taliban dan sering disebut-sebut sebagai "panglima tertinggi." Ia diduga kuat berada di Pakistan.
Dalam pernyataannya, ia mengatakan bahwa dengan tetap membiarkan para serdadunya di Afganistan, masyarakat internasional "hanya akan memperpanjang krisis yang terjadi saat ini tetapi tak pernah menyelesaikannya."
"Para penyerbu hendaknya belajar dari sejarah Afghanistan sejak agresi Alexander hingga gang-gang dahulu kala dan sampai hari ini dan hendaknaya belajar dari hal tersebut," begitu bunyi pernyataannya dalam versi bahasa Inggris.
Sementara opini publik di AS dan Inggris menolak pengerahan pasukan di Afghanistan, para pemimpin politik dan militer masih tetap bertekad memerangi Taliban dan AS diperkirakan akan meningkatkan jumlah serdadunya dalam beberapa bulan mendatang.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009