Joko Suhardoyo, tetangga Susilo di Kagokan RT 2 RW 11, Pajang, Jumat mengatakan, Suparno saat kejadian pada Rabu (17/9) hingga Kamis (17/9) pagi mendengarkan siaran wayang kulit di radionya semalam suntuk.
Namun, orang tua Susilo tersebut pada Kamis (17/9) pagi langsung terkejut dan menangis setelah diberitahu salah satu tetangganya bahwa anaknya terlibat kasus terorisme dalam penyergapan di Mojosongo.
Setelah itu, orang tua Susilo itu terus meninggalkan rumahnya di Kagokan dan dibawa ke Pondok Pesantren Al Kahfi di Mojosongo.
Selain itu, warga setempat juga tidak menyangka kalau Susilo alias Adib terlibat jaringan terorisme yang dicari-cari polisi, karena dia orangnya pendiam, baik dan suka bergaul dengan warga di Kagokan.
"Susilo asli kelahiran di Kagokan dan sejak kecil hingga SMP tinggal di Kagokan. Dia dulunya sering ikut bermain sepak bola dengan warga setempat," kata Joko.
Menurut dia, Suparno dan keluarganya termasuk Susilo selama di Kampung Kagokan, terkenal sering membantu warga dengan melakukan bersih-bersih rumah atau lainnya.
"Pekerjaan sehari-hari Suparno adalah sopir becak dan dia pindahan dari Sidoharo, Sragen," katanya.
Sementara Ketua RT 2 RW 11, Kagokan, Katino, mengatakan, Suparno kelihatan syok saat tahu kalau anaknya terlibat dalam kejadian di Mojosongo.
"Dia pertama tidak percaya kalau Susilo terlibat kasus terorisme, karena setahu diam anaknya berkelakuan baik," kata Katino.
Ia mengatakan, setelah lulus SMP di Solo, Susilo melanjutkan pendidikannya ke Ponpes Al Kahfi di Mojosongo sekitar tahun 2002.
Selama belajar di ponpes itu, Susilo jarang pulang ke rumah orang tuanya di Kagokan.
Susilo orangnya cukup pintar, kata dia, karena dalam buku laporan pendidikan lulusan SD nilai rata-rata 7,7.
Susilo merupakan orang yang mengontrak rumah di Kampung Kepuhsari, Mojosongo, Solo sebagai tempat persembunyian buronan gembong kasus terorisme Noordin M Top.
Selain menembak mati Noordin M Top, polisi juga menembak mati tiga tersangka lain yakni Bagus Budi Pranoto alias Urwah, Hadi Susilo dan Aryo Sudarso alias Aji. (*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009