Washington (ANTARA News) - Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dalam wawancara dengan televisi AS Kamis mengatakan, Teheran tidak ingin memiliki senjata nuklir, tapi tidak secara tegas mengesampingkan kemungkinan Iran akan mendapatkannya.
Pernyataan Ahmadinejad di NBC News tampaknya akan mengurangi prospek sukses pertemuan dua pekan mendatang antara Iran dan enam negara kuat dunia, termasuk Amerika Serikat, yang menuntut Teheran menghentikan program pengayaan uraniumnya.
"Kami selalu percaya dalam berbicara, dalam berunding. Itu adalah logika kami, tidak akan pernah berubah," kata Ahmadinejad dalam bagian wawancara yang ditayangkan Kamis malam, di televisi NBC.
Namun, menurut pernyataan lain yang dikutip dari laman Internet NBC, Ahmadinejad mengatakan: "Kalau anda membicarakan pengayaan uranium untuk keperluan damai, proyek di Iran tidak akan pernah ditutup".
Dia juga menolak untuk menyatakan secara tegas bahwa Iran memiliki senjata nuklir, meskipun ditanya sampai empat kali.
"Senjata nuklir, kami percaya mereka punya di waktu lalu dan pada generasi yang lalu," katanya melalui seorang penerjemah.
"Tapi kami tak melihat perlunya memiliki senjata demikian," ujarnya.
Ketika penerjemahnya mengisyaratkan bahwa para pemirsa tidak percaya pada jawaban-jawabannya, dia menjawab: "Anda bisa lakukan apa pun yang ada inginkan ".
Pernyataan umum Ahmadinejad tampak memberikan peluang kecil untuk kemajuan pada perundingan soal nuklir Iran pada 1 Oktober, yang melibatkan AS, Rusia, China, Inggris, Prancis dan Jerman.
Uni Eropa berharap perundingan-perundingan itu akan dilangsungkan di Turki.
Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, Selasa mengatakan bahwa Iran harus menjawab langsung kekhawatiran-kekhawatiran mengenai program nuklirnya pada pertemuan, bahkan meskipun Teheran sejauh ini mengabaikan imbauan-imbauan demikian.
Hillary Clinton mengatakan, tujuan pertemuan antara Iran dan enam negara kuat adalah untuk menguji kesediaan Teheran membahas masalah tersebut.
Washington akan melakukan dua tindakan, yakni memberi "hadiah wortel dan tongkat" atau memberi hukuman serta imbalan pukulan atau melakukan pendekatan di dalam pertemuan, kata Hillary menambahkan.
Dewan Keamanan PBB telah memberlakukan tiga paket sanksi terhadap Iran berkaitan dengan penolakannya untuk membekukan aktivitas pengayaan uraniumnya.
Sedangkan Washington mengancam akan mendesakkan sanksi-sanksi baru jika perundingan dengan Iran gagal.
Enam negara - yang mewakili lima negara anggota tetap DK PBB yang memiliki hak veto plus Jerman - telah menawarkan hubungan diplomatik, perdagangan dan keuntungan-keuntungan lainnya jika Iran mau bekerjasama.
Kelompok itu menyeru perundingan dengan Iran, setelah Teheran menyerahkan satu set usulan bagi perundingan pekan depan.
Washington menyatakan tidak puas dengan paket usulan Iran itu, dan mengatakan bahwa usulan tersebut `bukan jawaban nyata bagi kekhawatiran kami yang besar.`
Namun demikian Moskow mengatakan, pihaknya menawarkan `sesuatu yang akan digali di dalam perundingan.`
Pemerintahan Presiden Barack Obama mengupayakan perannya di dalam perundingan-perundingan tersebut untuk memenuhi janjinya mendekati Republik Islam itu.
Ini adalah perundingan pertama dengan Iran, sejak pertemuan yang batal pada tahun lalu, saat AS dipimpin George W. Bush.
Menurut salinan usulan yang diterima dan diterbitkan oleh kelompok wartawan investigasi nirlaba AS, Pro Publica, Iran mengatakan, pihaknya siap untuk melakukan perundingan secara komprehensif, konstruktif dan mencakup seluruhnya.
Perundingan-perundingan itu ditujukan untuk perlucutan senjata nuklir selain satu kerangka kerja global untuk menggunakan "energi nuklir yang bersih", menurut dokumen.
Namun, dokumen tidak mengarahkan tudingan itu kepada program nuklir Iran.
Iran mengatakan, programnya adalah untuk menghasilkan energi nuklir untuk kepentingan damai, dan membantah tuduhan-tuduhan dari AS, negara-negara Eropa dan Israel yang mencurigai Iran membangun senjata nuklir dengan kedok program pengayaan uraniumnya.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009