Amman (ANTARA News) - Raja Jordania Abdullah, Kamis, menyeru Israel agar tidak menghalangi tindakan untuk meluncurkan kembali pembicaraan perdamaian Timur Tengah dengan terus membangun permukiman di Tepi Barat.

Raja Jordania tersebut mengatakan kepada utusan perdamaian AS George Mitchell di Amman, ibu kota kerajaan tersebut bahwa Israel tak boleh kehilangan peluang untuk mewujudkan perdamaian dengan mitra Arabnya, demikian laporan kantor berita resmi Jordania, Petra, yang dikutip Reuters.

"Ada keperluan untuk mencegah setiap rencana Israel yang berusaha mengganggu peluncuran pembicaraan perdamaian dengan menerapkan kenyataan di lapangan dan melanjutkan pembangunan permukiman dan tindakan sepihak yang mengakhiri peluang bagi berdirinya negara Palestina yang merdeka dan berdaulat," kata Raja Abdullah sebagaimana dikutip.

Jordania dan sekutu Arab pro-AS-nya, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Mesir, berharap Presiden AS Barack Obama akan terus menekan Israel agar membekukan pembangunan di wilayah Tepi Barat Sungai Jordan, yang dikatakan dunia Arab adalah prasyarat bagi perundingan.

"Yang Mulia Raja menekankan pentingnya Amerika Serikat memainkan peran pelopor dalam perundingan ini dan menetapkan mekanisme yang menjamin mereka sampai pada penyelesaian dua negara di dalam kerangka waktu khusus," kata Petra, yang mengutip pernyataan Raja Jordania kepada Mitchell.

Selasa pagi, Mitchell bertemu dengan Presiden Mesir Hosni Mubarak.

"Amerika Serikat meminta semua pihak --Israel, Palestina dan negara Arab-- agar memikul tanggung jawab bagi perdamaian melalui tindakan nyata yang akan membantu menciptakan konteks positif bagi peluncuran kembali perundingan," kata Mitchell kepada wartawan di Kairo.

Mitchell bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Rabu, dan dijadwalkan bertemu lagi Jumat.

Rabu malam, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan kegiatan permukiman Israel di Tepi Barat adalah keprihatinan utama rakyat Palestina, dan mereka bertekad untuk tetap tinggal di negara mereka.

Israel berkeras akan melakukan pembangunan di permukiman yang ada, dan menganggapnya sebagai "pertumbuhan alamiah", sementara Abbas dan pemimpin lain Palestina berkeras untuk tidak melanjutkan pembicaraan perdamaian dengan Israel sampai Tel Aviv menghentikan semua kegiatan permukiman.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009