Washington (ANTARA News) - Iran percaya pembicaraan bulan depan dengan negara besar yang khawatir mengenai strategi nuklirnya merupakan kesempatan nyata, kata duta besar Iran untuk badan pengawasan nuklir PBB.

"Ini adalah jendela peluang baru yang nyata yang dibuka oleh negara Iran," kata Duta Besar Ali Asghar Soltanieh kepada The Washington Post, dalam wawancara yang disiarkan di laman Internetnya, Kamis larut malam, dan dikutip Reuters.

"Mereka mesti segera dan secara layak meraih kesempatan baik ini," katanya.

Soltanieh mengulangi posisi Iran bahwa negara tersebut takkan setuju menggunakan pertemuan 1 Oktober dengan Amerika Serikat dan negara besar lain guna merundingkan haknya bagi program nuklir.

Ia mengatakan pertemuan itu mesti menjadi forum bagi pertukaran pandangan luas.

"Ketika anda duduk di meja perundingan tanpa prasyarat, dengan penghormatan timbal-balik, peraturan permainannya ialah setiap orang memiliki hak untuk mengangkat apa pun. Tak seorang pun dapat membatasi yang lain untuk menyampaikan pendapat mereka," katanya.

Kelompok internasional, yang dikenal sebagai P-5+1, terdiri atas lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB --Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat-- serta Jerman.

Pertemuan tersebut adalah tindakan ke arah janji Presiden AS Barack Obama selama kampanye tahun lalu guna berusaha meningkatkan hubungan dengan Teheran melalui lebih banyak kontak langsung. Kedua negara itu tak memiliki hubungan diplomati sejak 1980.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton pekan ini mengatakan setiap pembicaraan dengan Iran harus menangani masalah nuklir. Amerika Serikat dan negara besar lain khawatir program pengayaan uranium tersebut bertujuan menghasilkan senjata nuklir, tapi Iran menyatakan kegiatan itu untuk menghasilkan energi nuklir.

Soltanieh, yang mewakili Iran di Badan Tenaga Atom Internasional, mengatakan Teheran takkan menanggapi pendekatan "ganda, ganjaran dan hukuman", yang menawarkan pilihan antara dialog atau sanksi, yang ia sebut penghinaan.

"Jika anda memberitahu saya `Kamu harus`, saya mengatakan `Tidak`. Jika anda mengatakan `Tolong lah`, jawabannya mungkin `Ya` atau `Mungkin`," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009