Jakarta (ANTARA News) -Kereta Api (KA) semi-AC Ciujung yang melayani jalur Tanah Abang-Serpong, Jumat pagi sekitar pukul 06.06 WIB dilempati batu oleh beberapa anak tanggung di sekitar perumahan Bumi Bintaro Permai, beberapa menit setelah meninggalkan Stasiun Pondok Ranji, Bintaro Jaya.
Paling tidak sudah tiga hari berturut-turut KA Ciujung dilempari batu dari titik tersebut.
KA Ciujung yang berangkat dari Stasiun Pondok Ranji, Bintaro Jaya pukul 06.04 WIB dengan membawa penumpang menuju Stasiun Kebayoran Lama, Palmerah, serta Tanah Abang tiba -tiba dihentikan perjalanannya oleh masinis.
Kereta semi-AC ini berhenti karena di sekitar jalur satu terdapat belasan anak-anak yang tinggal di kampung sekitar perumahan Bumi Bintaro Permai. Baru saja kereta api melanjutkan perjalanan, tiba-tiba terdengar hantaman benda keras ke badan kereta. Terlihat beberapa anak tertawa-tawa setelah melempari kereta api.
"Kurang kerjaan amat ini sih anak-anak itu," kata seorang ibu dengan nada jengkel.
Pada Rabu (16/9) dan Kamis (17/9), pelemparan ke kereta tidak hanya terjadi di depan perumahan Bumi Bintaro Permai tapi juga di sekitar pemakaman Tanah Kusir. Kejadian itu mengingatkan kejadian beberapa tahun lalu, ketika kereta api ekonomi yang juga melintasi jalur ini dilempari batu.
Mata sang masinis terkena lemparan batu dan harus menjalani pemeriksaan kesehatan namun dia tidak dapat lagi menjalankan kereta api lagi sehingga dipindahkan ke bagian adminstrasi.
Anak yang melempari kereta api itu diketahui identitasnya dan ia diperintahkan untuk bersama orang tuanya untuk meminta maaf kepada masinis yang mengalami kerugian fisik dan mental tersebut.
Pada hari Jumat pagi, jumlah penumpang KA Ciujung sudah sangat berkurang karena banyak orang yang biasa menggunakan sarana ini untuk mudik atau libur menjelang Lebaran.
Sekalipun jumlah penumpangnya sudah jauh berkurang, tetap saja banyak penumpang yang tidak kebagian tempat duduk sehingga harus berdiri seperti hari-hari kerja biasa.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009