Brisbane (ANTARA News) - Keberhasilan Indonesia membunuh Noordin M Top dalam baku tembak di Solo, Jawa Tengah, Kamis, digambarkan media Australia sebagai "kemenangan besar" Polri namun kematian gembong teroris asal Malaysia itu tidak kemudian membebaskan negeri itu dari bahaya terorisme.
Stasiun TV berpengaruh Australia, seperti "ABC News" dan "Channel Seven", menurunkan berita seputar sukses besar Polri itu dalam sekilas info dan buletin berita mereka Kamis malam.
Media utama Australia menjadikan pengumuman resmi Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri sebagai konfirmasi positif kematian gembong teroris yang terus diburu dalam lima tahun terakhir itu.
Agustus lalu, Noordin M Top sempat dilaporkan tewas dalam penyerbuan Densus 88 Polri ke sebuah rumah di Dusun Beji, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Namun laporan spekulatif berbagai media Indonesia dan dunia itu kemudian diluruskan Polri berdasarkan hasil tes DNA.
Dalam pernyataan persnya Agustus lalu, Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith menyebut Noordin sebagai "teroris yang telah diburu dan paling diinginkan Australia untuk dibawa ke pengadilan".
Sekalipun Australia hingga kini masih "aman" dari aksi serangan kelompok teroris seperti yang pernah dialami Indonesia, Amerika Serikat, Spanyol, dan Inggris, puluhan orang warganya ikut menjadi korban aksi terorisme.
Dalam serangan bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Mega Kuningan Jakarta 17 Juli lalu misalnya, tiga warga Australia termasuk di antara sembilan orang yang tewas.
Mereka adalah Pengusaha asal Perth, Nathan Verity, Craig Senger (diplomat dari Komisi Perdagangan Australia) dan Garth McEvoy (pegawai Industri Pertambangan asal Brisbane).
Sebelum serangan pemboman di dua hotel di kawasan Kuningan Jakarta ini terjadi, Indonesia sempat relatif aman dari insiden terorisme selepas Bom Bali 2005.
Sejak aksi serangan sejumlah gereja di malam Natal tahun 2000, Indonesia mengalami serangkaian insiden terorisme. Setahun setelah serangan kelompok teroris ke New York dan Washington DC, Amerika Serikat, pada 11 September 2001, Bali diserang kelompok Amrozi dkk pada Oktober 2002.
Dalam insiden itu, sebanyak 202 orang tewas, termasuk 88 orang warga Australia yang sedang berlibur di Pulau Dewata tersebut. Seterusnya terjadi serangan mematikan di Hotel JW Marriott pada 2003, dan serangan terhadap Kedubes Australia di Jakarta (2004).
Polri meyakini gembong teroris asal Malaysia, Noordin M Top, terlibat dalam banyak aksi penyerangan yang menelan ratusan orang korban jiwa warga masyarakat di berbagai tempat di Indonesia itu.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
demikianlah sama halnya dgn noordin cs ini.
Jangan di samakan dengan nabee bandot yg karemane nge####s.
nih mah udah jelas2 sponsornya nyonya Lucif
sayangnya Rakyat indonesia banyak yg sudah terobsesi hati nuraninya.
Yg seharusnya untuk melihat kebenaran yg sesungguhnya.
Jadi buta sudah mana kebenaran dan mana pembenaran tak bisa memilah lagi
au ach gelaf .............
Contohnya Raja/ Nabi Daud, sekalipun di uber-uber tentara, ribuan selama sekian tahun, selalu lolos. bahkan, akhirnya dia menjadi Raja dan meninggal dalam damai, penuh kejayaan, kemulian, harta dan nama baik.
Berarti inlah orang yang di cintai Tuhan, benar dalam niat dan benar dalam perbuatannya
Bagaimana dengan Nordin dan azhari? anda bisa nilai sendiri