Karimun, Kepri (ANTARA News) - Jajaran Imigrasi Tanjung Balai Karimun (TBK), Provinsi Kepulauan Riau kembali menangkap tujuh imigran gelap asal Afghanistan di tengah kepadatan arus mudik di pelabuhan domestik TBK, Rabu.
"Mereka kami amankan sesaat sebelum berangkat ke Jakarta dengan menggunakan kapal Pelni tadi pagi, saat ini mereka masih dimintai keterangan," kata Kepala Kantor Imigrasi TBK, Teguh Prayitno, di kantornya, Rabu.
Menurut Teguh, keberhasilan jajarannya mengamankan ketujuh imigran ilegal itu berkat kewaspadaan jajarannya yang mencurigai perawakan tinggi besar layaknya warga negara Afghanistan.
"Dari tujuh imigran itu, terdapat sepasang suami isteri bersama seorang anaknya yang berumur 3 tahun," terangnya.
Pasangan suami isteri Salma Abdul Ghafar (24) dan Ghulam Rasul (38) beserta anaknya Ahosh Ghulam Rasul (3). Sedangkan empat orang lainnya yaitu, Ahmad Jawid (22), Ghulam Nabiak Ishak Ali (22), Golam Raza Hustiami (21) dan Rahmad Ali, jelasnya.
Dia mengatakan, saat diperiksa petugas, mereka memang mempunyai paspor, tapi paspor tersebut tidak terdapat cap atau stempel yang dibubuhkan petugas tempat pemeriksaan imigrasi (TPI).
"Artinya mereka masuk secara ilegal," ujarnya.
Dia menambahkan, ketujuh imigran gelap itu akan diberangkatkan ke Tanjungpinang untuk dititipkan di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) untuk proses lebih lanjut.
"Ini kali kedua dalam bulan ini kami menangkap imigran Afghan ilegal, sebelumnya kami juga mengamankan tiga belas orang yang sudah kami titipkan di Rudenim Tanjungpinang," imbuhnya.
Di tempat yang sama, Rahmad Ali, salah seorang imigran gelap itu mengaku sudah tiga hari berada di Karimun yang menumpang kapal motor kayu (pompong) melalui pelabuhan liar.
"Kami tidak tahu akan dibawa ke Karimun, karena tujuan kami ingin ke Jakarta untuk meminta perlindungan (suaka) di kedutaan atau perwakilan PBB yang menangani masalah pengungsi," kata dia dalam bahasa Inggris.
Dia juga mengatakan, diri dan rekan-rekannya mengungsi karena di negeri mereka sedang dilanda perang.
"Di negara kami sudah tidak aman lagi dan terdapat jutaan masalah yang harus kami hadapi, makanya kami nekad mengungsi," ungkapnya.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009