"Sudah final shalat Id bagi Muhammadiyah di Maluku pada 20 September 2009," kata Ketua Muhammadiyah Maluku, Majid Makasar di Ambon, Rabu.
Bertindak sebagai Katib sekaligus Imam adalah Dekan Fakultas Usuludin IAIN Ambon, Hasan Lauselan.
"Kami tidak terpengaruh dengan keputusan yang nantinya dikeluarkan Menteri Agama (Menag) karena bagi Muhammadiyah 20 September itu tidak bisa diganggu gugat," ujar Majid.
Menurut dia, Muhammadiyah tidak mempersoalkan sekiranya pelaksanaan Idul Fitri 1430 Hijriah tidak bersamaan karena itu bukan hal untuk dipertentangkan.
"Perbedaan itu sesungguhnya kekayaan yang berkembang secara sehat dalam kehidupan umat Islam di Indonesia karena terpenting adalah menjalankan ukuwuh Islamiah sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW," kata Majid.
Dia mengimbau warga Muhammadiyah di Maluku agar sisa waktu menunaikan Bulan Suci Ramadhan ini lebih meningkatkan ketaqwaan imam dan menyalurkan zakat bagi sesama yang tergolong kaum duafa.
"Bulan penuh rahmat ini hendaknya dipenuhi dengan hidup berbagai dengan kaum duafa karena pahalanya besar," ujar Majid.
Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Maluku, Husein Toisuta, mengatakan, hasil rapat antara Yayasan Alfatah dan PHBI Maluku memutuskan shalat Id akan dipimpin Imam RR. Hasanussi dan Kapolda Totoy Herawan Indra sebagai khatib di mesjid Raya Alfatah pada
Kapolda akan memberikan siraman rohani yang menekankan pentingnya menjalin persatuan dan kesatuan antarumat beragama sebagai cerminan kerukunan hidup orang basudara di Maluku, yang terbingkai dalam budaya leluhur "Pela dan Gandong".
"Khusus menyangkut tanggal pelaksanaan shalat Id, kami masih menunggu keputusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat tentang penetapan 1 Syawal," ujar Husein Toisuta.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009