Yogyakarta (ANTARA) - Sejumlah protokol baru mulai diuji coba di kawasan Malioboro Yogyakarta untuk memastikan agar protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dapat dilaksanakan dengan baik, salah satunya mengatur alur pengunjung supaya tidak saling berpapasan.
“Ada alur arah jalan bagi pengunjung yang diuji coba. Pedestrian di sisi timur direncanakan untuk pengunjung yang berjalan ke selatan, sedangkan pedestrian di sisi barat untuk pengunjung yang berjalan ke arah utara,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro Ekwanto di Yogyakarta, Kamis.
Meskipun demikian, pengunjung tetap bisa menyeberang ke sisi pedestrian lain sesuai dengan tempat penyeberangan yang sudah disiapkan di sepanjang Jalan Malioboro.
“Misalnya ada wisatawan yang ingin membeli souvenir di pedestrian sisi barat, maka mereka bisa menyeberang melalui tempat penyeberangan yang ada. Jika membutuhkan bantuan, maka petugas keamanan kami, Jogoboro, siap membantu,” katanya.
Baca juga: Sultan HB X akan menutup Malioboro jika protokol kesehatan diabaikan
Selain itu, lanjut dia, jika jumlah pengunjung di kawasan Malioboro semakin bertambah banyak, maka dimungkinkan pengaturan jumlah maksimal pengunjung yang diperbolehkan berada di kawasan tersebut.
“Biasanya, berapapun pengunjung yang masuk ke Malioboro akan diterima. Tetapi, di masa seperti ini dimungkinkan dilakukan pengaturan jumlah maksimal pengunjung supaya protokol jaga jarak tetap bisa diterapkan,” katanya.
UPT Malioboro juga sudah menempatkan “pintu masuk” di pedestrian sisi timur yang berada di ujung utara Jalan Malioboro dan di pedestrian sisi barat yang berada di Ngejaman.
Di pintu masuk utama tersebut ditempatkan petugas yang akan melakukan pengecekan suhu tubuh pengunjung atau wisatawan dan memastikan seluruh pengunjung mengenakan masker. Suhu tubuh pengunjung yang diperbolehkan masuk Malioboro maksimal 37,5 derajat celcius.
“Di sirip-sirip jalan di sepanjang Jalan Malioboro juga ditempatkan petugas yang juga akan melakukan pengecekan kepada pengunjung. Kami bekerja sama dengan tiga kecamatan yaitu Danurejan, Gondomanan, dan Gedongtengen,” katanya.
Baca juga: Sultan HB X: Ekonomi dan protokol kesehatan saling melengkapi
Ekwanto memastikan, pengunjung yang tidak mengenakan masker akan diminta segera meninggalkan Malioboro. “Tidak ada kompromi atau adu argumentasi apapun. Tanpa masker tidak boleh masuk Malioboro,” katanya yang ingin memastikan Malioboro menjadi kawasan wisata yang aman dan nyaman bagi semua pihak dan tidak berpotensi berubah menjadi klaster baru penularan COVID-19.
Ketentuan penggunaan masker tersebut juga berlaku untuk komunitas dan pelaku usaha di kawasan wisata tersebut.
“Kami juga sudah menempatkan tempat cuci tangan di sepanjang Malioboro. Ada 40 titik tempat cuci tangan yang sudah dilengkapi air mengalir, sabun, dan tisu,” katanya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, prosedur lain yang akan diuji coba di Malioboro adalah penggunaan barcode untuk pendataan pengunjung sehingga akan memudahkan proses tracing apabila nanti muncul penularan virus.
“Dengan memindai barcode, maka kami bisa memantau pengunjung dan memudahkan pelacakan jika akan melakukan tracing kasus,” katanya.
Uji coba protokol baru tersebut, lanjut Heroe, tidak hanya dilakukan di Malioboro saja, tetapi juga meliputi Pasar Beringharjo, Taman Pintar dan Alun-Alun Utara Yogyakarta menuju kondisi normal dengan tatanan baru.
“Uji coba akan dilakukan bertahap untuk seluruh kawasan di Kota Yogyakarta,” katanya.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020