Pengalaman Balitbangtan dalam pembukaan lahan rawa di Sumatera Selatan dan beberapa wilayah lainnya akan sangat bermanfaat dalam pembukaan lahan rawa di Kalteng

Jakarta (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian menyatakan siap membuka lahan rawa seluas 79.142 hektare (ha) di Kalimantan Tengah untuk mendukung ketersediaan pangan nasional.

Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry di Jakarta, Kamis mengatakan pemerintah semakin memberi perhatian besar terhadap pertanian lahan rawa untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan mewujudkan lumbung pangan dunia 2045.

"Pemerintah didukung penuh oleh DPR terus mengembangkan lahan rawa agar lebih produktif," katanya dalam talkshow daring "Ngobrol Asyik Pertanian Rawa Kita" yang digelar Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP).

Baca juga: Balitbangtan siap optimalisasi budidaya padi lahan rawa

Dikatakannya, sebagai respons terhadap arahan Presiden Joko Widodo untuk menyiapkan tambahan beras 1,5 juta ton, maka akan dilakukan pembukaan rawa di Kalimantan Tengah (Kalteng).

Strategi pemanfaatan lahan rawa ini melalui ekstensifikasi dengan target seluas 79.142 hektare (ha) yang 38.755 ha berada eks proyek lahan gambut (PLG), serta intensifikasi seluas 85.456 ha (69.427 di eks PLG).

Saat ini Balitbangtan sudah mengidentifikasi beberapa aspek teknis dan nonteknis serta aspek sosial yang menjadi perhatian dalam pembukaan lahan rawa di Kalteng termasuk dukungan inovasi.

"Pengalaman Balitbangtan dalam pembukaan lahan rawa di Sumatera Selatan dan beberapa wilayah lainnya akan sangat bermanfaat dalam pembukaan lahan rawa di Kalteng," katanya.

Balitbangtan memiliki pengalaman panjang terkait pengelolaan lahan rawa di Indonesia, selain itu mempunyai unit pelaksana teknis (UPT) khusus yang menangani rawa sejak 1953 terkait pengembangan teknologi rawa, varietas unggul baru, dan inovasi lainnya.

Menurut dia, lahan rawa memiliki karakteristik spesifik sehingga Balitbangtan mengembangkan dan menerapkan inovasi dan teknologi yang meliputi pembukaan lahan, tata air, alat mesin pertanian (alsintan), dan penggunaan varietas unggul baru toleran lahan rawa.

Dikatakannya untuk bisa membuka lahan rawa perlu dukungan sumber daya manusia, namun di beberapa sentra rawa, petaninya sangat terbatas.

Kultur masyarakat juga sangat menentukan keberhasilan pengembangan lahan rawa,” tuturnya.

Inovasi pengembangan rawa, terangnya, juga perlu didukung sistem manajemen korporasi agar lebih menguntungkan petani.

"Pengembangan lahan rawa tersebut akan fokus pada lahan mineral yaitu rawa lebak atau rawa pasang surut, sedangkan lahan gambut merupakan pilihan terakhir," katanya.

Menurut dia, pengembangan lahan rawa perlu persiapan, sinkronisasi, dan koordinasi antar kementerian/lembaga dan pemerintah daerah serta dukungan para pakar di bidang lahan rawa.

Oleh karena itu pihaknya juga meminta dukungan dari kementerian/lembaga dan para pakar rawa di Indonesia untuk bersama-sama mengembangkan rawa di Indonesia.

"Kita tidak ingin mengulang kegagalan masa lampau. Ke depan, kita berharap pengelolaan rawa akan semakin bagus sehingga harapan Bapak Presiden untuk menyiapkan tambahan pangan di lahan rawa dapat terwujud," ujarnya.

Baca juga: Balitbangtan targetkan tanam Inpari IR Nutri Zinc 10 ribu ha
Baca juga: Teknologi Taro, inovasi Balitbangtan antisipasi hama tungro

Pewarta: Subagyo
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020