Walau di tengah situasi pandemi, tidak mempengaruhi produktifitas pengembangan rumput lautJakarta (ANTARA) - Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) berharap dalam transisi menuju kondisi normal baru industri rumput laut bisa terus meningkatkan produksi rumput laut.
Terlebih Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi rumput laut Indonesia mencapai 10,99 juta ton naik dari sebelumnya pada tahun 2019, sebesar 9,92 juta ton.
Padahal, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor rumput laut berikut hasil olahannya pada kuartal pertama 2020 hanya mencapai 31.595.414 kilogram, turun 30 persen dari periode yang sama di tahun 2019 yang mencapai 45.438.209 kilogram.
"Dengan adanya penurunan ekspor pada kuartal pertama 2020 ini, kami akan berupaya agar dengan penerapan tatanan normal baru, dapat meningkatkan ekspor dan berharap agar produksi yang ditargetgerkan oleh KKP dapat tercapai. Walau di tengah situasi pandemi, tidak mempengaruhi produktifitas pengembangan rumput laut," kata Ketua Umum ARLI Safari Azis dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Safari mengatakan pihaknya juga berharap adanya sinergitas pelaku usaha dari hulu ke hilir, kalangan akademisi hingga peneliti rumput laut dengan pemerintah.
Secara global, lanjut dia, pandemi COVID-19 telah melanda negara-negara tujuan ekspor sehingga mengakibatkan sejumlah pembeli atau industri terkait di luar negeri tidak dapat bekerja secara optimal atau mengurangi jadwal kerja. Bahkan, ada industri yang terpaksa menutup sementara demi menjaga kesehatan pekerjanya sehingga menimbulkan distorsi pasar.
Oleh karena itu, kata Safari, sangat penting untuk bersama-sama bekerja memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimiliki untuk menjadikan Indonesia sebagai negara produsen terbesar dan pusat ilmu pengetahuan rumput laut tropis dunia.
Dia mengatakan pihaknya juga mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk menghadapi tantangan ke depan dengan meningkatkan daya saing industri rumput laut nasional.
Pasalnya, saat ini pihaknya dihadapkan dengan adanya penggunaan bibit kultur jaringan rumput laut di Indonesia yang belum dikenal di pasar internasional dan kalangan pengguna.
"Bibit kultur jaringan itu juga belum mendapatkan pengakuan dari lembaga yang kompeten dan kredibel bahkan dikhawatirkan dapat menjadi masalah baru dalam upaya menjaga hasil olahan rumput laut yaitu Carrageenan dan agar-agar supaya tidak dikeluarkan dari daftar produk organik di Amerika Serikat," katanya.
Baca juga: Pengamat ingatkan industrialisasi rumput laut bukan jalan instan
Baca juga: Menteri Edhy ajak masyarakat Kepulauan Seribu budidaya rumput laut
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020