Bengkulu,(ANTARA News) - Kapal keruk Raja Akasia asal Malaysia terbalik di periaran antara Lampung Barat (Lambar)- Bengkulu atau sekitar 150 Mil dari Kota Bengkulu, Senin (14/9), akibat gelombang besar setinggi enam meter.
Kapal yang membawa 13 ABk itu, sekarang ditarik dari pelabuhan Krui, Lambar menuju Pelabuhan Linau, Kabupaten Kaur, kata Komandan Pangkalan TNI-AL (Danlanal) Bengkulu Letkol Laut (P) Sukrisno di Bengkulu, Selasa.
"Saya mendapatkan informasi dari Pos Lanal Linau, bahwa seluruh awak kapal keruk asal Malaysia itu selamat," katanya.
Dia menjelaskan, Kapal keruk Raja Akasia itu berangkat dari pelabuhan Laut Banten, Jumat (11/9) dengan tujuan Pelabuhan Laut Pulau Baai Bengkulu, akan melakukan pengerukan alur masuk pelabuahn Bengkulu yang saat ini mengalami pendangkalan.
Dalam perjalanan, kapaldihantam gelombang besar setinggi enam meter di perairan Samudra Indonesia Barat Sumatra, akhirnya kapal itu hilang kendali dan terbalik, untung saja seluruh ABKnya selamat.
"Kami mendapatkan informasi musibah itu siang kemarin, Senin (14/9), namun petugas ke lapangan sulit dihubungi akibat cuaca buruk," katanya.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bengkulu Ir Ali Berti ketika dihubungi membenarkan, bahwa kapal keruk Raja Akasia itu mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju pelabuhan laut Bengkulu.
Kapal itu rencananya akan mengeruk alur masuk pelabuhan Pulau Baai tahap II dan dipesan langsung oleh PT Pathaway Indonesia (PI) kontraktor pengerukan alur pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
Dia mengatakan, kedatangan kapal keruk asal Malaysia itu rencananya akan meneruskan pengerukan alur pelabuhan Pulau Baai dengan kedalaman minus 6,5 meter Low Water Spring (LWs) sampai minus 10 LWS.
Alur masuk pelabuhan yang akan dilalui kapal Raja Akasia itu sebelumnya sudah di keruk oleh kapal Kekwa, sehingga kapal Malaysia itu bisa masuk, karena alur masuk sangat sempit oleh gundukan pasir laut.
Kedatangan kapal keruk Raja Akasia itu sebetulnya sudah ditunggu sejak awal tahun 2009, namun tak kunjung tiba akibat kendala teknis.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009