Mereka ini pekerja film sudah hampir empat bulan tidak ada pemasukan karena tidak ada produksi film maupun sinetron, pastinya sangat terdampak
Jakarta (ANTARA) - Sejak diumumkan kasus positif COVID-19 di Indonesia pada awal Maret lalu, dimulailah "perang" melawan penyakit baru yang merebak pertama di Wuhan, China dan hingga saat ini belum juga berakhir.
Semua tatanan kehidupan berubah sejak pandemi melanda Tanah Air, pekerja tidak lagi bekerja dari kantor, kegiatan ekonomi mandek, sekolah diliburkan. Praktis semua kegiatan dilakukan di rumah.
Namun tidak semua orang bisa tetap di rumah selama pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), karena ada yang hidupnya tergantung pada pendapatan harian, seperti buruh, pengemudi ojek, sopir, pedagang kaki lima dan lainnya.
Tentunya ajakan untuk tetap di rumah saja tidak berlaku bagi mereka, karena mereka butuh penghasilan untuk tetap bisa makan.
Sementara, kepatuhan masyarakat untuk berdiam diri di rumah, tidak beraktivitas di keramaian sangat diperlukan untuk memutus mata rantai penularan virus corona jenis baru itu.
Agar masyarakat bisa tetap memenuhi kebutuhan sehari-harinya terutama makan, pemerintah mengeluarkan kebijakan jaring pengaman sosial, salah satunya lewat bantuan sosial yang disalurkan Kementerian Sosial.
Bantuan sosial yang disalurkan terutama dalam penanganan COVID-19 adalah bansos sembako bagi warga DKI Jakarta dan kabupaten kota di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Ibu Kota.
Awalnya, bansos sembako yang disalurkan pada awal April itu untuk menahan agar warga di Ibu Kota tidak mudik karena Idul Fitri. Sudah jadi kebiasaan masyarakat yang merantau untuk kembali ke kampung untuk berlebaran.
Karena dikhawatirkan, COVID-19 yang saat itu mewabah di Jakarta akan menyebar ke daerah-daerah seiring dengan warga yang mudik dan menular ke orang tua serta warga yang rentan di kampung.
Penyaluran
Bansos sembako yang dikhususkan untuk bagi pekerja informal itu penyalurannya dibagi dua antara Kemensos dengan Pemprov DKI Jakarta.
Sebanyak 3,7 juta pekerja sektor informal di Ibu Kota mendapatkan sembako langsung tahap pertama, dengan rincian 1,1 juta dipenuhi Pemprov DKI dan sisanya dari Kementerian Sosial.
Baca juga: Mensos memastikan penerima bansos lewat ormas tidak akan ganda
Bansos sembako yang dibagikan senilai Rp600 ribu per paket, didistribusikan dua kali sebulan sejak April hingga Juni 2020.
Dengan bantuan sembako langsung diharapkan selain memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dengan tingkat ekonomi terbawah yang terdampak COVID-19, juga menahan arus mudik keluar DKI Jakarta.
Dalam penyalurannya, Menteri Sosial Juliari P. Batubara beserta jajarannya turun langsung ke pemukiman warga untuk memastikan bantuan tepat sasaran.
Bukan hanya sehari dua hari, tapi hingga saat ini Mensos Juliari Batubara masih terus "blusukan" ke daerah-daerah di DKI dan sekitarnya.
Mendatangi pemukiman padat, memasuki gang-gang sempit, ke daerah kumuh, ke kampung-kampung hingga pelosok bahkan sampai lokasi pembuangan sambah di Bantargebang.
Bahkan, saat hari pertama kerja usai Lebaran, untuk memastikan warga terdampak COVID-19 mendapatkan bantuan, Mensos Juliari intensif turun ke lapangan.
Selain bansos sembako, Kemensos juga menyalurkan bansos tunai untuk warga terdampak COVID-19 di luar Jabodetabek. Tercatat hampir sembilan juta penerima manfaat bansos tersebut.
Dalam penyaluran bansos tunai senilai Rp600 ribu tersebut, Kemensos bekerja sama dengan Perhimpunan Bank Negara (Himbara) dan juga dengan PT Pos.
Sinergi
Dalam penyaluran bansos bagi warga terdampak COVID-19, Kemensos tidak bekerja sendiri untuk memastikan tidak ada warga yang berhak mendapatkan bantuan yang terlewatkan.
Kemensos menggandeng sejumlah komunitas dan organisasi masyarakat, seperti organisasi kepemudaan Gerakan Pemuda Ansor dan Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), Pemuda Muhammadiyah termasuk juga dengan kalangan seniman dan artis.
Baca juga: Terdampak pandemi, pekerja seni pun dapat bansos
Juliari Batubara mengatakan pihaknya berkepentingan merangkul ormas-ormas dalam penyaluran bansos bagi warga terdampak COVID-19 karena mereka mempunyai jaringan yang mungkin tidak terjangkau oleh pemerintah.
"Kemensos masih banyak kekurangan salah satunya data. Karena itu ormas-ormas sangat strategis karena jaringannya yang luas dan dikenal masyarakat," katanya.
Begitu juga dengan para pekerja film dan seniman yang juga terdampak COVID-19 akan mendapat bantuan sosial berupa paket sembako dari pemerintah.
"Mereka ini pekerja film sudah hampir empat bulan tidak ada pemasukan karena tidak ada produksi film maupun sinetron, pastinya sangat terdampak," katanya.
Untuk penyalurannya, Kementerian Sosial akan menggandeng komunitas artis senior termasuk Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi).
Menurut dia, dengan menggandeng komunitas tentunya mereka punya data dan lebih tahu siapa yang terdampak, selain itu jenjang penyaluran juga dipersingkat.
Pada prinsipnya selama ini bansos disalurkan lewat pemerintah daerah, namun jalurnya terlalu panjang.
"Datanya dari mereka, nanti kita cek dan 'cleansing', pastikan datanya benar-benar sesuai dan tidak ganda dengan penerima bantuan lainnya," ujar Mensos.
Sinergi tersebut akan terus berlangsung karena penyaluran bansos akan berlanjut hingga Desember 2020 seperti disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Namun, nilai manfaat bansos untuk penerima di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) turun menjadi Rp300 ribu dari Rp600 ribu per bulan terhitung pada Juli 2020 hingga Desember 2020. Hal itu juga berlaku bagi ketentuan bansos tunai di luar Jabodetabek.
Dengan sinergi dan bergerak bersama, harapannya dampak pandemi bisa ditangani, orang-orang bisa tetap produktif dan terhindar dari paparan penyakit yang hingga Selasa (9/6) menyebabkan 1.923 orang meninggal dunia dan 33.076 positif COVID-19 di Tanah Air.
Baca juga: Kemensos salurkan 1.200 paket sembako terdampak COVID-19 di Serang
Baca juga: Kemensos pastikan data penerima BST tahap dua semakin baik
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020