New York (ANTARA) - Kurs dolar AS jatuh lagi, sementara mata uang safe-haven yen Jepang dan franc Swiss menguat untuk hari kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena bursa saham AS tertatih-tatih setelah reli kuat yang mendorong Nasdaq ke tingkat tertinggi sepanjang masa.
Yen melonjak ke tertinggi satu minggu terhadap dolar, sementara franc Swiss naik ke level tertinggi dalam lebih dari dua bulan terhadap greenback.
Investor Jepang juga telah menjual dolar karena mereka memposisikan untuk kemungkinan bahwa Federal Reserve akan mengambil langkah-langkah untuk meratakan kurva imbal hasil (yield) surat utang pemerintah. Kurva imbal hasil AS telah meningkat dalam beberapa sesi terakhir.
Kecuali untuk Nasdaq, saham-saham AS sebagian besar lebih rendah, karena investor hati-hati melihat ke depan untuk pernyataan Fed tentang kebijakan moneter pada akhir pertemuan Fed pada Rabu waktu setempat.
"Ada risiko gelombang kedua infeksi COVID-19, yang saya pikir sangat besar, dan saya tidak memperkirakan pasar memperhitungkan ini," kata Momtchil Pojarliev, kepala mata uang di BNP Asset Management di New York.
"Saya tidak akan terkejut jika pasar kembali ke gagasan bahwa kita belum benar-benar keluar dari kesulitan. Tapi saya tidak tahu kapan itu akan terjadi," tambahnya.
Dalam perdagangan sore, dolar melemah 0,6 persen terhadap yen menjadi 107,75 yen, setelah sebelumnya menyentuh level terendah satu minggu di 107,63 yen.
Terhadap franc Swiss, dolar turun 0,8 persen menjadi 0,9503 franc, setelah sebelumnya jatuh ke 0,9483, terendah sejak pertengahan Maret.
Euro memulihkan kerugian awal menjadi diperdagangkan menguat 0,4 persen pada 1,1339 dolar.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya turun 0,3 persen menjadi 96,334.
Investor menanti pengumuman Fed pada Rabu setelah pertemuan dua hari. Spekulasi berkembang bahwa bank sentral AS mungkin mengadopsi target-target imbal hasil pada obligasi, atau beberapa tindakan lain untuk melandaikan imbal hasil jangka panjang.
"Sementara kita melihat jeda dalam momentum baru-baru ini untuk beberapa mata uang asing terhadap greenback, kami tidak siap untuk menumpuk ke dalam dolar AS sampai kami mendengar dari Powell dan teman-teman," kata Wells Fargo dalam sebuah catatan penelitian, merujuk pada Ketua Fed Jerome Powell.
"Jika the Fed tetap pada jalur mengatakan tidak pada suku bunga negatif dan menghindari secara serius membuka pintu untuk pengendalian kurva imbal hasil kita bisa melihat kenaikan dalam dolar AS terus berlanjut."
Juga pada Selasa (9/6/2020), mata uang komoditas membalikkan kenaikannya terhadap dolar AS.
Dolar Australia terakhir turun 0,8 persen pada 0,6964 dolar AS. Sebelumnya di sesi perdagangan Asia, naik ke level tertinggi 11-bulan di 0,7043 dolar AS. Dolar Selandia Baru turun 0,6 persen menjadi 0,6515 dolar AS, dari tertinggi empat setengah bulan yang disentuh sebelumnya.
Baca juga: Dolar AS jatuh di tengah optimisme pemulihan ekonomi dari pandemi
Baca juga: Rupiah ditutup sedikit melemah, tertekan proyeksi ekonomi Bank Dunia
Baca juga: Yuan terus menguat, naik lagi 171 basis poin terhadap dolar AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020