Teheran (ANTARA News/Reuters) - Seorang ulama Sunni yang mendukungPresiden Mahmoud Ahmadinejad dalam pemilihan umum Juni dibunuh disebuah daerah berpenduduk Kurdi, demikian dilaporkan kantor beritaFars, Minggu.

Fars mengatakan bahwa Borhan Aali, seorang imamsholat Jumat di kota Sanandaj di provinsi Kurdistan, Iran barat,dibunuh oleh penyerang-penyerang tak dikenal pada Sabtu larut malam dirumahnya.

Menurut radio pemerintah, ulama itu ditembak beberapa kali.

"Ia adalah seorang ulama terkenal di provinsi Kurdistan yang bekerjauntuk Ahmadinejad selama pemilihan umum. Ia diterima dan dihormati olehsemua penduduk Sanandaj," kata Fars.

Mohammad-Taqi Heydari, kepala daerah Sanandaj, ibukota provinsi,mengatakan, ia yakin serangan itu berkaitan dengan kelompok-kelompokgaris keras yang mengobarkan perpecahan.

"Peristiwa ini sesuai dengan rencana musuh untuk membuat kota itutampak tidak aman," katanya. "Mereka ingin menciptakan perpecahan dikawasan tersebut dengan melakukan persekongkolan-persekongkolan semacamitu."

Provinsi Kurdistan yang berbatasan dengan Irak seringkali menjadi ajangbentrokan antara gerilyawan Kurdi dan pasukan keamanan Iran.

Iran, seperti juga negara-negara tetangganya, Irak dan Turki, memilikipenduduk minoritas Kurdi dalam jumlah besar, yang terutama tinggal diwilayah baratlaut dan barat negara itu. Iran adalah sebuah negaraberpenduduk mayoritas muslim Syiah, namun sebagian besar orang Kurdiadalah muslim Sunni.

Oposisi reformis menyatakan bahwa pemilihan presiden pada Juni telahdicurangi untuk mendudukkan lagi Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan. Pihakberwenang membantah tuduhan tersebut.

Iran menghadapi krisis terburuk sejak pembentukan republik Islam itupada 1979, ketika ratusan ribu orang turun ke jalan-jalan dalam protessepekan menentang hasil pemilihan umum itu.

Para pejabat mengatakan bahwa 30 orang tewas dalam kerusuhan itu, namun oposisi menyebut jumlah kematian 69.

Sekitar 4.000 orang ditangkap dan puluhan reformis, wartawan danpendukung oposisi disidangkan atas tuduhan berusaha menggulingkan rejimIran dengan dukungan asing, khususnya AS dan Inggris.

Para pemimpin oposisi yang mencakup calon-calon presiden, Mir HosseinMousavi dan Mehdi Karroubi, mengecam persidangan itu, menolak mengakuikepresidenan Ahmadinejad dan berjanji melanjutkan protes.

"Hari ini, lebih pasti daripada sebelumnya, kita harus mendorongperubahan, yang merupakan tuntutan sah dari gerakan reformis," kataMohammad Khatami, mantan presiden dan pendukung utama kelompok-kelompokoposisi Iran, seperti dikutip kantor berita ILNA, Jumat (28/8).

Pada 3 Agustus, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khameneimensahkan hasil pemilu yang mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ketampuk kekuasaan ketika ia mengukuhkan kemenangannya dalam pemilihanpresiden bermasalah 12 Juni yang mengarah pada protes dan kerusuhanmematikan di jalan-jalan.

Iran sudah menggelar persidangan masal terhadap lebih dari 140 orangyang dituduh memiliki kaitan dengan demonstrasi besar-besaran dankekerasan yang terjadi setelah kemenangan Ahmadinejad yang dipersoalkan.

Pemerintah Iran menuduh saingan utama Ahmadinejad, Mir Hossein Mousavi,dan calon lain yang kalah menyulut pergolakan politik, dan menyebutnegara-negara asing berencana menggoyahkan Iran.

Termasuk yang diadili adalah pegawai-pegawai kedutaan besar Inggris danPerancis serta seorang wanita Perancis yang menjadi asisten dosenuniversitas.

Kubu garis keras di Iran sejauh ini menuduh para pendukung oposisi,yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali MahmoudAhmadinejad sebagai presiden, didukung dan diarahkan olehkekuatan-kekuatan Barat, khususnya AS dan Inggris.

Oposisi yang dipimpin oleh saingan utama Ahmadinejad, Mir HosseinMousavi, menekankan bahwa pemilihan itu telah dicurangi, dan merekamenolak tuduhan-tuduhan mengenai campur tangan asing.

Khamenei mengecam protes itu dan memberikan dukungan tanpa syaratkepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meskidipersoalkan banyak pihak.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat ataskerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islamdan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiahitu, produsen minyak terbesar keempat dunia.

Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturandengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya denganslogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut programnuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat,khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudahmenghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkankerusuhan di Iran.

Mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani mengecam propaganda yangdilakukan media asing mengenai pergolakan kekuasaan di jajaran tinggikepemimpinan Iran.

"Propaganda yang dilakukan media asing yang berusaha mengisyaratkanbahwa terjadi pergolakan kekuasaan di tingkat puncak pemerintahanmerupakan hal yang tidak adil sama sekali bagi revolusi Islam," kataRafsanjani.

Iran telah melarang media asing meliput pawai-pawai protes dan pertemuan yang diadakan oleh gerakan oposisi.

Kementerian Luar Negeri Iran bahkan menunjuk langsung lembaga-lembagasiaran global seperti BBC dan Voice of America, dengan mengatakan bahwamereka adalah agen-agen Israel yang bertujuan "memperlemah solidaritasnasional, mengancam integritas bangsa dan mendorong disintegrasi Iran".(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009