Budidaya tanaman kakao di daerah ini tampak sudah mulai terlihat tumbuh dan sehat, serta diperkirakan mulai panen pada 2023
Tamiang Layang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah kembangkan tanaman kakao atau coklat melalui program diversifikasi (penganekaragaman) yang dibudidayakan sejumlah kelompok tani setempat sejak Oktober 2019.
"Budidaya tanaman kakao di daerah ini tampak sudah mulai terlihat tumbuh dan sehat, serta diperkirakan mulai panen pada 2023," kata Kepala Dinas Pertanian Barito Timur Riza Rahmadi di Tamiang Layang, Selasa.
Menurut dia, dilihat dari perkembangan saat ini, tanaman tersebut tumbuh dengan sehat dan dilihat dari masa tanam hingga panennya hanya selama empat tahun, artinya diperkirakan pada 2023 sudah mulai panen.
Program diversifikasi pertanian pada beberapa kelompok tani sudah mulai terlihat tumbuh. Program ini diambil pemerintah karena menyikapi fluktuasi harga karet yang cenderung terus menurun.
"Kebijakan membuat program diversifikasi sebagai upaya meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat, khususnya petani," katanya.
Dia mengatakan, budidaya tanaman kakao memiliki prospek dengan peluang produksi yang cukup menjanjikan dan lebih menguntungkan dari hasil karet yang tidak memiliki ketetapan harga jual.
Masa panen yang singkat yakni sekitar tiga tahun dan harga jual yang cukup menjanjikan hingga Rp25 ribu per kilogram, akan menjadi penghasilan tambahan bagi petani karet.
“Untuh bahan kakao setengah jadi saja memiliki harga Rp16 ribu/kg," kata Riza.
Sedangkan hasil panen buahnya Rp8 ribu/kg dan kakao yang sudah jadi dan kering memiliki harga jual hingga Rp25 ribu/kg. Harga itu saat pandemi COVID-19, sehingga bisa dibayangkan jika tidak ada pandemi.
Dinas Pertanian Barito Timur juga sudah menjalin komunikasi dengan para pengepul dan pembeli kakao. Di Barito Timur sendiri ada beberapa pengepul yang sudah difasilitasi dan siap membeli.
“Pengepul dari luar yakni ada di Balikpapan, Kalimantan Timur yang siap memasok kakao ke Sulawesi dan akan didistribusikan lagi ke dalam negeri seperti Jawa, Sumatera bahkan Kalimantan sendiri,” jelas dia.
Adanya penghasilan tambahan selain karet, maka perekonomian masyarakat bisa terbantukan dan meningkat. Hingga pada akhirnya petani bisa memanen kakao sekaligus menyadap karet.
“Dengan adanya produksi kakao, maka kedepannya bisa ditingkatkan atau diproduksi menjadi bahan setengah jadi melalui proses fermentasi, maupun menjadi industri rumah tangga," katanya.
Untuk diketahui, program diversifikasi pertanian dilaksanakan mulai Oktober 2019 dengan tiga jenis tanaman, yakni kopi, kakao dan sengon untuk lima kelompok tani berjumlah 94 orang, dengan luas lahan 47 hektare. Dana yang dikucurkan Pemkab Bartim sebesar Rp1 miliar.
“Jika dikembangkan dengan baik maka budidaya kakao dapat terus ditingkatkan,” kata Riza.
Baca juga: Teknologi cerdas Kemenperin pacu nilai tambah kakao dan kopi
Baca juga: Petani kakao diingatkan waspada penyakit busuk buah saat musim hujan
Baca juga: Kemendag naikkan harga referensi CPO dan biji kakao Desember
Pewarta: Kasriadi/Habibullah
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020