Kabul (ANTARA News/AFP) - Sebanyak 22 warga sipil termasuk anak-anak, tujuh personil polisi Afghanistan dan 13 petempur Taliban telah tewas dalam gelombang serangan di seluruh Afghanistan, yang dirongrong pertempuran, kata beberapa pejabat dan polisi, Sabtu.
Serangan pada Jumat di kubu gerilyawan di bagian selatan, utara dan timur negeri tersebut dilancarkan, saat negara itu menghadapi kerusuhan terburuk dalam perang delapan tahun, menyusul penggulingan rejim kelompok garis keras Taliban dalam serbuan pimpinan AS pada penghujung 2001.
Di Provinsi Uruzgan, Afghanistan selatan, Kementerian Dalam Negeri mengatakan satu bom pinggir jalan yang dipasang oleh "musuh rakyat Afghanistan" --sebutan pemerintah buat petempur Taliban-- menewaskan 14 warga sipil di kabupaten Chora.
Kepala Polisi Uruzgan Jenderal Juma Gul Hemat mengatakan ledakan tersebut menghantam satu minibus yang dipenuhi penumpang. Ia menyebutkan jumlah korban tewas sebanyak 12 warga sipil, dan mengatakan tiga anak kecil termasuk di antara korban tewas dan tiga pemuda lagi cedera.
Masih pada Jumat di Provinsi Kandahar, Afghanistan selatan, satu bom pinggir jalan menewaskan enam pria dan melukai dua anak kecil, demikian antara lain isi pernyataan dari pemerintah provinsi tersebut.
Di Khost, di bagian timur negeri itu dan tempat gerilyawan yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida diketahui beroperasi, dua anak kecil tewas dan dua lagi cedera akibat ledakan bom pinggir jalan di kabupaten Nadir Shah Kot, kata seorang komandan Angkatan Darat setempat.
Satu ledakan terpisah di provinsi yang sama melukai sedikitnya tujuh anak kecil, kata beberapa pejabat rumah sakit dan polisi setempat.
Afghanistan utara juga menghadapi peningkatan serangan oleh gerilyawan, dan pada Jumat tujuh personil polisi Afghanistan tewas dalam satu serangan Taliban.
"Semalam, Taliban menyerang satu pos polisi di daerah Durai, provinsi Kunduz, dan menewaskan tujuh polisi, satu di antara mereka komandan pos," kata Juma Khan Babar, kepala pemerintah kabupaten Imam Sahib, Kunduz.
Gubernur Provinsi Kunduz Insinyur Mohammad Omar mengatakan sejumlah orang Chechnya termasuk di antara 13 gerilyawan yang tewas dalam kejadian lain, Jumat laru malam, yang melibatkan serangan udara yang dilancarkan oleh pasukan asing.
Rejim Taliban digulingkan oleh serbuan pimpinan AS pada penghujung 2001, tapi gerilyawan garis keras tersebut telah berpadu kembali, dan berusaha menggulingkan pemerintah dukungan Barat serta mengalahkan sebanyak 100.000 prajuruit AS dan NATO di negara yang dicabik perang itu.
Satu kelompok pemikir yang berpusat di London, Jumat, menyatakan petempur Taliban sekarang pada kenyataannya ada di semua daerah Afghanistan.
Meskipun Kunduz baru beberapa bulan belakangan menjadi kubu Taliban, provinsi Kandahar di bagian selatan negeri tersebut telah lama menjadi sasaran petempur faksi santri itu, yang telah terbukti menjadi musuh yang mematikan bagi pasukan NATO dan AS.
Bom pinggir jalan adalah senjata favorit mereka, yang telah menewaskan warga sipil, prajurit lokal dan asing dengan jumlah yang bertambah.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009