Mogadishu (ANTARA News) - Sebuah mortir nyasar yang ditembakkan oleh gerilyawan menghantam rumah sakit untuk veteran militer di Mogadishu, Jumat, menewaskan sedikitnya enam orang dan mencederai 12 lain, kata polisi Somalia dan saksi mata.
Mortir itu menghantam rumah sakit tersebut ketika sekelompok veteran yang cacat sedang bercengkerama di luar bangunan utama sebelum berbuka puasa.
"Serangan mortir dilakukan oleh kelompok garis keras terhadap pelabuhan sore ini dan kami memperoleh informasi bahwa enam orang tewas di dalam rumah sakit Martini," kata Mohamed Abdiazis, seorang polisi Somalia di pelabuhan berdekatan kepada AFP.
"Sejumlah mortir mendarat di dekat pelabuhan dan penjara utama namun insiden yang terburuk terjadi di dalam rumah sakit dimana saya melihat orang-orang cacat di kursi roda dengan sejumlah luka pecahan peluru," kata saksi mata Hasan Moalim Ali.
Gerilyawan al-Shabaab, kelompok yang diilhami al-Qaeda, dan kelompok lebih politis Hezb al-Islam meluncurkan ofensif militer mematikan terhadap pemerintah Somalia dukungan internasional pada Mei lalu.
Pertempuran terpusat di daerah-daerah baratdaya dan ibukota, Mogadishu, dimana bentrokan-bentrokan sering terjadi di kawasan berpenduduk padat yang menewaskan ratusan orang dan menterlantarkan setengah juta dalam kurun waktu empat bulan.
Kekerasan di Somalia telah menewaskan lebih dari 18.000 orang dalam dua tahun terakhir dan membuat satu juta orang mengungsi.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.
Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.
Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.
Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.
Washington menyebut al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Gerilyawan muslim garis keras, yang meluncurkan ofensif sejak 7 Mei untuk menggulingkan pemerintah sementara dukungan PBB yang dipimpin oleh tokoh moderat Sharif Ahmed, meningkatkan serangan-serangan mereka.
Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.
Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara itu.
Pemerintah transisi lemah Somalia tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun lalu saja.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009