Sukabumi (ANTARA News) - Kasus muntaber di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terus bertambah, sedikitnya 20 orang warga Kabupaten Sukabumi terpaksa dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekarwangi, Cibadak dan Rumah Sakit Secapa Polri, Kota Sukabumi, Jumat.
Bahkan, karena banyaknya pasien muntaber yang masuk ke Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Sekarwangi, Cibadak, beberapa pasien terpaksa dirawat di lorong-lorong dengan menggunakan pelbad. Dan ada sebagian pasien yang terpaksa dirujuk di RS Secapa Polri untuk mendapatkan perawatan intensif.
Salah seorang warga Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi yang mendapatkan perawatan medis, Abdul Hamid, mengatakan, sejak tiga hari ini dirinya selalu buang air besar secara terus menerus yang disertai dengan muntah-muntah.
"Karena kondisi saya terus menurun, akhirnya pihak keluarga membawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis," ujarnya.
Menurut Dokter UGD RSUD Sekarwangi, dr Andri Pratama, rata-rata pasien yang datang ke rumah sakit mengalami dehidrasi yang cukup parah dan harus mendapatkan perawatan intensif.
Ia menduga penyebab penyakit ini karena sanitasi lingkungannya yang kurang baik dan mengkonsumsi air yang terkontaminasi dengan bakteri.
Andri menambahkan, pihak rumah sakit terpaksa merawat pasien di lorong karena ruangan yang ada di rumah sakit telah penuh.
Kabid Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) Dinkes Kabupaten Sukabumi, Dadang Sucipta ketika dikonfirmasi ANTARA, Jumat malam, mengatakan, jumlah penderita muntaber di Kabupaten Sukabumi terus bertambah, kini jumlahnya sudah mencapai 107 orang.
"Dari jumlah tersebut, yang paling banyak berasal dari Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi. Sembilan desa di kecamatan ini sudah terkena penyakit muntaber," katanya.
Bahkan, penyakit muntaber di Kecamatan Caringin telah merengut lima korban jiwa, antara lain, Icah (68 tahun), Agus (70), Tami (65) dan Ma Empat (60).
Dinkes Kabupaten Sukabumi telah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) karena muntaber yang menyerang di sembilan desa di Kecamatan Caringin itu terus meluas dan jumlah penderita terus bertambah.
"Dinkes telah menetapkan status KLB Muntaber di Kecamatan Caringin karena jumlah warga yang terkena penyakit terus cukup banyak dan telah menimbulkan beberapa orang warga meninggal dunia," katanya.
Ia menyebutkan, pihaknya telah membuka posko kesehatan di lokasi kejadian untuk memberikan pengobatan secara cepat kepada warga yang terkena muntaber.
Dadang menjelaskan, merebaknya penyakit muntaber di Kecamatan Caringin disebabkan air yang dipakai warga terkontaminasi oleh kotoran tinja karena selokan yang mengalir di sekitar pemukiman warga seringkali digunakan untuk buang air besar (BAB) oleh sebagian warga.
"Padahal, selokan tersebut masih dipakai oleh warga untuk kebutuhan hidup sehari-hari, seperti mandi, minum dan cuci pakaian," ujarnya.
Untuk menghentikan penyebaran penyakit muntaber, kata Dadang, pihaknya telah melakukan penyuluhan secara intensif kepada warga dan para pelajar di Kecamatan Caringin.
"Kami bersama Koramil setempat telah membuat tempat MCK, sehingga warga tidak lagi sembarang untuk BAB," ujarnya seraya berharap agar warga tidak lagi membuang kotoran ke selokan, sehingga air yang mengalir tidak terkontaminasi oleh kotoran.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009