Akan terlalu bagus untuk menjadi kenyataan untuk memiliki total hampir 11 juta barel per hari dalam pemotongan sukarela diperpanjang selama sebulan
New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh lebih dari tiga persen pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah negara-negara OPEC+ sepakat untuk memperpanjang pemotongan produksi, tetapi Arab Saudi dan dua produsen Teluk lainnya mengatakan mereka tidak akan mempertahankan pengurangan tambahan pasokan harian yang berjumlah lebih dari satu juta barel.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus kehilangan 1,50 dolar AS atau 3,6 persen menjadi ditutup pada 40,80 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, London, menghentikan kenaikan selama tujuh hari berturut-turut.
Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun 1,36 dolar AS atau 3,4 persen menjadi menetap pada 38,19 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia, dan produsen lainnya sepakat pada April untuk memotong pasokan sebesar 9,7 juta barel per hari (bph) pada Mei dan Juni untuk mendukung harga karena penguncian Virus Corona menyebabkan permintaan jatuh.
Kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ itu sepakat pada Sabtu (6/6/2020) untuk mempertahankan pemotongan, sama dengan sekitar 10 persen dari pasokan global, hingga Juli.
Baca juga: Dolar AS jatuh di tengah optimisme pemulihan ekonomi dari pandemi
Namun Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan pada Senin (8/6/2020) bahwa kerajaan dan sekutu Teluk, Kuwait dan Uni Emirat Arab, tidak akan melanjutkan tambahan 1,18 juta barel per hari dalam pengurangan.
"Akan terlalu bagus untuk menjadi kenyataan untuk memiliki total hampir 11 juta barel per hari dalam pemotongan sukarela diperpanjang selama sebulan pada saat-saat ketika kita melihat defisit pasokan," kata Analis Rystad Energy, Bjornar Tonhaugen.
Sementara itu,produsen serpih AS telah mulai membuka kembali sumur yang ditutup karena harga telah rebound.
Analis mengatakan ini dapat mengurangi pemulihan permintaan yang rapuh dan melemahkan upaya OPEC untuk menopang harga. Arab Saudi, di samping itu, menaikkan harga minyak mentahnya, mengantisipasi permintaan yang lebih kuat.
"Produksi AS kembali ke pasar, dan ada spekulasi bahwa kenaikan besar di Saudi (harga) akan membunuh margin penyulingan yang sudah kesulitan di Asia,” kata Direktur Berjangka Energi Mizuho, Bob Yawger di New York.
China, importir minyak mentah terbesar di dunia, mengatakan pembelian mencapai rekor tertinggi 11,3 juta barel per hari pada Mei.
Baca juga: Emas "rebound" 22 dolar AS, investor perkirakan stimulus lanjutan Fed
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020