Jakarta (ANTARA) - Yannick Noah, petenis Prancis terakhir pemegang gelar Grand Slam, ikut menyuarakan keprihatinannya bersama rekan senegaranya atas diskriminasi rasial yang tengah terjadi.

Noah mengutarakan kekhawatirannya dan mengutuk kebrutalan serta diskriminasi yang dilakukan polisi kepada warga kulit hitam, terutama pasca kematian George Floyd di Amerika Serikat.

"Hal yang bagus ada atlet muda terlibat, tetapi yang menggangguku adalah bahwa mereka semua (yang terlibat) adalah ras campuran atau kulit hitam," kata Noah, yang merebut gelar Roland Garros pada tahun 1983, dalam laporan AFP, Senin.

Petenis berusia 60 tahun blasteran Kamerun dan Prancis itu memberikan penghormatan atas insiden yang terjadi bersama dengan Gael Monfils dan Jo-Wilfried Tsonga, serta pesepak bola pemenang Piala Dunia Kylian Mbappe.

Baca juga: Sepakbola hingga NBA, dunia olahraga unjuk solidaritas George Floyd

Baca juga: Bintang tenis Coco Gauff ikut berdemo serukan keadilan rasial

"Ini adalah ketidakadilan yang harus membuat semua orang sadar. Aku yakin bahwa secara umum polisi melakukan pekerjaan yang sangat baik tetapi ada oknum yang bersikap buruk," katanya dalam pernyataan protesnya.

Noah secara tegas menyindir bahwa hal yang tak kalah penting adalah bintang olahraga kulit putih di Prancis juga harus terlibat dalam protes.

"Ya, karena sikap diam mereka menggangguku, bahkan lebih jauh dari itu," pungkasnya.

Selain atlet Prancis, sejumlah bintang tenis seperti Coco Gauff (Amerika Serikat) hingga Naomi Osaka (Jepang) juga ikut sumbang suara menuntut keadilan rasial.

Baca juga: Petenis Naomi Osaka angkat bicara soal kematian George Floyd

Baca juga: Sulit tampil lagi setelah dilarang main, Evans lepaskan kemarahan

Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2020