Kepala Operasi Penertiban Satpol PP Pemkab Bogor HS Bejo disela-sela operasi itu menjelaskan bahwa lebih kurang 200 lebih lapak PKL yang menggunakan trotoar dan bahu jalan di depan pasar Ciawi berhasil ditertibkan.
"Kami harus melakukan penertiban ini, karena keberadaan mereka dikhawatirkan akan menggagu kepentingan umum, apalagi pada kelancaran arus lalu-lintas pada arus mudik Idul Fitri (Lebaran) yang sudah semakin dekat," katanya.
Ia menjelaskan, PKL yang berjualan di "pasar tumpah" itu lokasinya berada di sekitar perempatan Jalan Raya
Bogor-Ciawi-Puncak yang berada di lintasan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopuncur), dan Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi), yang selama ini memang sudah dikenal sebagai kawasan yang padat.
Pada operasi penertiban terhadap ratusan lapak PKL di depan pasar Ciawi yang berlangsung hingga Kamis sore itu, walaupun diprotes sejumlah PKL, tetapi berlangsung lancar.
Banyaknya petugas penertiban membuat para PKL tampak tidak bisa berbuat banyak, sehingga harus merelakan dagangan mereka dinaikkan petugas ke dalam truk yang disiapkan untuk menampung berbagai dagangan itu.
Salah satu PKL bernama Ahmad Junaidi mengaku kaget atas operasi penertiban itu, terlebih mereka tidak mendapatkan pemberitahuan terlebih dahulu.
"Ya, mau apalagi, karena tidak ada informasi dagangan kami diangkut," katanya.
Menurut HS Bejo, penertiban "pasar tumpah" itu dilakukan untuk mengembalikan para PKL itu ke dalam pasar yang sudah disediakan.
"Sehingga fungsi trotoar dan bahu jalan yang sebelumnya tertutup lapak-lapak PKL ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Karena itulah kita lakukan penertiban ini," katanya.
Ia menambahkan, jumlah volume kendaraan di jalur Bopuncur dan Bocimi diprakirakan akan semakin padat akibat bertemunya arus mudik Lebaran dengan arus warga yang ingin berwisata ke Puncak.
Di sisi lain, kapasitas jalan yang ada sangat terbatas, sehingga pihaknya akan terus melakukan operasi penertiban PKL yang ada di jalur Puncak dan Bogor, sehingga tercipta kenyamanan bagi seluruh masyarakat, katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009