Jakarta (ANTARA News) - Ketua Pokja Perubahan Iklim Dephut, Wandojo Siswanto, mengatakan Indonesia bisa mengurangi emisi karbon lebih dari 2,3 giga ton terkait dengan kesiapan menerapkan mekanisme Reduction Emission from Deforestation and Degradation (REDD).
Untuk itu, kata dia di Jakarta, Kamis, pihaknya akan membuat `demonstration action` terkait kesiapan menerapkan mekanisme Reduction Emission from Deforestation and Degradation (REDD).
"Sudah disiapkan dua demonstrasi action sebagai bentuk kesiapan Indonesia menghadapi penerapan REDD yang akan ditajamkan lagi pada pertemuan para pihak (COP) ke 15 di Kopenhagen, Denmark, Desember mendatang," ujar Wandojo.
Demonstasi action ini dilakukan di Kalimantan Tengah dengan bantuan Jerman dan di Berau dibantu The Nature Conservacy (TNC), katanya.
Dikatakan, demo ini salah satunya menghitung potensi karbon stok yang ada di hutan di wilayah itu.
Menurut dia, Indonesia harus bisa mengambil keuntungan dari COP ke 15 yang akan menjadi poin utama bisa tidaknya REDD Plus diterapkan untuk mengatasi perubahan iklim.
"Kita juga hati-hati jangan sampai keuntungan diambil oleh negara maju, sedangkan upaya keras justru harus mengurangi emisi dilakukan Indonesia dan negara berkembang lainnya," jelas dia.
Wandojo menyebutkan dalam REDD Plus ini harus ditegaskan lagi permintaan negara maju akan pentingnya pengelolaan hutan yang lestari (SMF/sustainable forest management) dan carbon stock enhancment (peningkatan stok karbon).
"Jika negara maju tuntut Indonesia terapkan SMF harus jelas dulu kriterianya seperti apa. Kita sudah terapkan SMF. Lalu soal karbon peningkatan stoknya bagaimana, juga perhitungan bakunya. Kita tak mau kalau sudah berusaha dan membawanya ke sidang COP 15 tapi ternyata tak dapat apa-apa untuk hutan RI," jelas dia.
Yang jelas, lanjut Wandojo, Indonesia tetap tegas meminta negara-negara Annex I melakukan pengurangan emisi dalam jumlah besar dan memperjuangkan agar ada pendanaan dalam REDD ini.
Sebelumnya, Menhut MS Kaban menyatakan optimis REDD bisa memberikan keuntungan bagi Indonesia yang selama ini bisa menjaga hutannya dengan berbagai kegiatan penanaman.
Berkurangnya jumlah lahan kritis di Indonesia sekarang ini harus mendapat perhatian dunia bahwa upaya RI atasi perubahan iklim.(*)
(T.A027/B/A026/A026) 10-09-2009 23:17:05
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009