Pontianak (ANTARA) - Virgin coconut oil (VCO) atau minyak kelapa murni adalah lipid yang mengandung asam lemak laurat, ketika diberikan kepada pasien positif COVID-19, reaksi badan menjadi segar karena senyawa laurin yang terbentuk di tubuh setelah mengonsumsi VCO merupakan antivirus, itu artinya virus corona mati.

Minyak kelapa murni ini dihasilkan dari fermentasi santan kelapa tua. Diperlukan waktu fermentasi semalaman atau selama 24 jam untuk menghasilkan VCO yang bagus, selain itu, harus hati-hati ketika memisahkan antara air dan minyak dari hasil ekstraksi santan yang berbentuk krim.

Karena VCO dengan kualitas yang bagus, ditunjukkan dengan tidak adanya bau asam. Minyak kelapa murni berbau harum kelapa yang memiliki khasiat bagi kesehatan, salah satunya untuk mengobati pasien COVID-19.

Lantas, bagaimana bisa VCO dapat membantu kesembuhan pasien COVID-19?

Menurut Pakar Kimia Agroindustri dari Universitas Tanjungpura Pontianak, Prof Dr Thamrin Usman DEA, virgin coconut oil atau VCO adalah lipid atau lemak. Menariknya, VCO secara keseluruhan merupakan Lipid. Dan lipid dapat berinteraksi dengan lipid membran sel, salah satunya dengan membran sel virus corona.

Ketika lipid berinteraksi dengan membran sel virus corona, maka akan terjadi kerusakan pada membran sel virus itu.

"Salah satu cara membunuh virus adalah merusak selnya. Sel bisa dirusak dengan macam-macam cara, salah satunya kita bisa membuat susunan lipid yang ada di sel itu yang tadinya teratur, menjadi tidak teratur," katanya saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Jika susunan lipid yang ada di membran sel tidak teratur, maka terjadi kerusakan membran sel. Karena lipid VCO bisa masuk dan berinteraksi dengan lipid membran sel, maka membran sel itu jadi rusak dan tidak berfungsi.

"Bahasa ekstremnya itu mati," kata pakar Kimia Agroindustri tersebut.

Baca juga: Pakar Untan benarkan VCO dapat membunuh Virus Corona


Banyak manfaat

Ada banyak literatur yang menjelaskan manfaat dari VCO. Di antaranya untuk mendukung sistem imun (kekebalan tubuh) dari serangan virus, bakteri, dan kuman lainnya. Juga untuk kesehatan jantung atau yang sering disebut penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah), serta untuk kecantikan seperti membuat sampo dan menghaluskan kulit.

Adanya pandemi Coronavirus disease 19 (COVID-19), membuat orang mencari tahu lebih banyak produk obat-obatan, minuman, dan makanan yang bisa mempercepat proses penyembuhan penyakit menular ini. VCO menjadi salah satu pilihan yang bisa digunakan.

Data terbaru menurut Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Indonesia hingga Ahad (8/6) malam, ada 31.186 pasien positif COVID-19, sebanyak 10.498 dinyatakan sembuh, dan sebanyak 1.851 meninggal.

Di antara pasien yang sembuh itu, dalam masa pengobatan yang dilakukan baik secara mandiri maupun perawatan ketat di rumah sakit rujukan, tentunya juga mengonsumsi macam-macam obat, vitamin c, dan multivitamin lainnya.

Mereka juga mengonsumsi jamu, madu, dan lain sebagainya, termasuklah VCO. Treatment dengan VCO itu pulalah yang dilakukan Prof Thamrin kepada sejumlah kolega dan staf di tempatnya bekerja di Fakultas MIPA Untan.

Treatment VCO, menurut Thamrin Usman, diberikan kepada para dokter dan staf kantornya sendiri. Ada dua dokter umum dengan hasil tes cepat reaktif dan satu dokter spesialis dengan status positif COVID-19. Mereka dianjurkan mengonsumsi VCO selama menjalani isolasi dan perawatan di rumah sakit.

"Sebenarnya penggunaan VCO ini orientasinya selain untuk menaikkan imun juga berfungsi merusak dinding sel, membran sel, baik itu virus atau yang sejenisnya. Ini tidak khusus untuk corona, virus lain juga contohnya hepatitis. Testimoni dari orang yang berpenyakit hepatitis, treatment dengan VCO jadi sembuh," katanya menjelaskan.

Baca juga: Studi: vitamin K dalam bayam, telur dan keju bantu cegah COVID-19


Sumber energi

Begitu pula dengan pasien COVID-19, diperlakukan treatment dengan VCO. Meski tidak murni hanya VCO, tetapi jika makan vitamin dan lainnya, ketika mereka juga minum VCO mendapatkan keuntungan, salah satunya badannya tambah segar.

"Artinya VCO itu juga sebagai sumber energi, pemberi energi. Lemak pada VCO menjadi cadangan energi, ketika dia minum VCO, dia (pasien PDP dan positif), merasakan badannya segar," kata mantan Rektor Untan itu.

Segar dalam artian badan tidak lemas. Meskipun makan Vitamin C, kemudian bentuk immune boosting lainnya, dan juga mereka mengonsumsi VCO, respons tubuhnya berbeda. Pertama adalah segar dan tidak ada keluhan.

Dan respons setiap pasien berbeda, ada yang sensitif perutnya langsung mual dan buang air besar. Tetapi ada yang tidak merespons atau tidak ada respons apa-apa. Tetapi mereka merasakan mendapat tambahan energi. Karena orang yang terkena COVID-19, akan merasakan letih dan lemas.

"Tetapi dengan minum VCO, kita tahu lemak, lipid inikan energi. Jadi selain menjadi sumber energi, VCO juga bisa merusak sel virus itu," kata pakar Kimia Agroindustri ini.

Selain ketiga dokter tersebut, pengobatan dengan VCO juga diberikan kepada suami dokter umum yang juga reaktif dan staf di kantor Thamrin yang secara kebetulan istrinya positif COVID-19 dan dirawat di rumah sakit rujukan, RSUD Dr Soedarso. Mereka yang minum VCO, selama dua minggu atau 14 hari akhirnya bisa sembuh. Mereka menyatakan badan menjadi segar.

"Staf-staf saya yang kebetulan kena, mulai dari istrinya yang positif diisolasi di Soedarso, kemudian ada lagi staf saya kena, semua kita anjurkan minum itu Alhamdulillah sembuh semua," katanya bersyukur.

Thamrin menambahkan, konsumsi yang baik adalah tiga kali sehari dengan satu atau dua sendok makan VCO. Ini takaran untuk mereka yang ingin menjaga daya tahan tubuh. Namun bagi pasien reaktif ataupun positif COVID-19, bisa melebihi takaran itu.

"Ada pasien yang positif itu minum tiga kali sehari lima sendok makan VCO," katanya lagi.

Tidak masalah jika penggunaan VCO bersamaan dengan mengonsumsi vitamin, karena itu semua tidak berinteraksi. Artinya vitamin tidak akan bereaksi dengan VCO. Jadi silakan saja, habis minum vitamin kemudian minum VCO, tidak ada masalah.

VCO juga kini banyak dijual di pasar, seperti toko obat dan apotek. Selain itu juga bisa dibuat sendiri karena pembuatannya cukup mudah. Namun, yang harus diperhatikan adalah kualitas minyak kelapa murni yang dihasilkan. Karena kualitas yang baik itulah yang akan membantu bagi kesembuhan pasien COVID-19.

Baca juga: Obat darah tinggi diduga bantu tekan angka kematian COVID-19


Kualitas VCO

Memproduksi VCO secara massal juga dapat dilakukan, namun tentunya dengan memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan.

Kemasan VCO yang banyak dijual di pasar Kota Pontianak misalnya, menurut Thamrin Usman, merupakan produk dari Yogyakarta. Sementara Kalbar sesungguhnya merupakan lumbung kelapa, ironisnya, sangat sedikit yang memanfaatkan potensi yang ada itu untuk pengembangan VCO.

Ia menjelaskan, proses produksi VCO sangat sederhana. Tetapi dari sisi kemudahan itu, harus ada kehati-hatian terhadap kualitas produk.

Pembuatan diawali dengan kelapa parut yang ditambahkan air hangat kemudian diperas untuk menghasilkan santan. Diambil santan yang kental, kemudian terbentuk krim. Dari krim dibiarkan selama 1 hingga 2 jam sehingga bisa mendapatkan air dan air yang dihasilkan itu dibuang, sehingga betul-betul mendapatkan krim santan yang konsentrat atau pekat.

"Kita bisa gunakan kantong plastik (atau wadah tertutup). Krim santan bisa dimasukkan dalam kantong plastik biar mudah membuang airnya," katanya lagi.

Proses selanjutnya adalah menyiapkan terbentuknya minyak atau terlepasnya minyak dari krim santan. Karena santan merupakan emulsi terdiri dari tiga komponen berupa air, minyak, dan protein. Minyak terdapat dalam air, ketika proteinnya terganggu, minyak akan lepas. Ketika minyaknya lepas maka air juga lepas. Sehingga setiap kali keluarnya minyak VCO, selalu diiringi dengan pelepasan air.

"Sehingga ketika kita membuatnya itu semaksimal mungkin menghindari kontak antara air dan minyak, maka kita akan mendapatkan kualitas yang baik," katanya mengingatkan.

Baca juga: Dokter Inggris uji ibuprofen pada pasien corona yang sulit bernapas


Air dan kualitas VCO

Meskipun minyak dan air tidak saling bercampur, namun air bisa memprovokasi mengakibatkan penurunan kualitas minyak. Oleh sebab itu, proses pembuatan jika menggunakan kantong plastik, setelah 1-2 jam pertama setelah krim santan dimasukkan maka nantinya akan didapatkan lapisan air di bawah dan tidak bisa bersatu lagi karena proteinnya sudah lepas. Dalam pengertian, emulsinya sudah rusak.

Tetapi meskipun tidak saling bercampur, ada air yang bisa memprovokasi penurunan kualitas dari minyak itu. Oleh sebab itu dalam proses pembuatan, hindari secepat mungkin kontak antara air dan minyak yang sudah terbentuk.

Jika minyak sudah terbentuk, lapisan minyak dievakuasi dahulu, dikeluarkan dari tempat pembuatan, baik itu kantong plastik maupun dalam bentuk wadah. Dan tetap harus menjaga sistem itu bebas dari oksigen. "Artinya dia tertutup, sehingga terjadilah proses fermentasi di dalam itu," kata dia.

Setiap kali mendapatkan lapisan minyak, setiap kali dikeluarkan itu jauh lebih baik untuk mendapatkan sedikit kualitas air dari produk. Kalau minyak mudah kontak lagi dengan air yang sudah dipisahkan, itu yang bisa mengurangi kualitas. Fermentasi berlangsung semalaman. Tetapi jika sistemnya bagus, setiap minyak terbentuk dapat diambil, tanpa mengganggu.

"Jadi mudah sekali. Tetapi yang harus dijaga itu... kualitas," katanya.

Karena yang akan diambil berupa minyak, bisa diketahui dari bau minyak kelapa yang harum. Tetapi jika ada bau asam, berarti ada protein yang lepas kemudian sistem itu masih kontak lagi sama lapisan air, sehingga dia memprovokasi hadirnya asam lemak bebas.

Asam lemak bebas inilah yang mengganggu citra rasa bau dan penampakan VCO. Oleh sebab itu nanti produk akhir itu sangat ditentukan dari kualitas yang ditandai dengan bau minyak kelapa, kata dia.

Ketika minyak sudah terbentuk, maka harus difiltrasi atau disaring, agar sisa protein bisa disekat dan molekul molekul air bisa diangkat, dan agar asam lemak bebas yang masih bergentayangan bisa dibebaskan. Sehingga betul-betul minyak kelapa itu minyak kelapa yang murni dan tidak ada pengotor-pengotor lainnya.

Baca juga: Korsel setujui obat remdesivir untuk pasien COVID-19 jika darurat


Industri rumah tangga

Thamrin menyatakan biasa membuat VCO untuk dikonsumsi sendiri. Selain itu juga ditularkan kepada orang lain dengan harapan bisa dikembangkan menjadi home industry.

Masyarakat petani di Kalbar, bisa membuat sendiri VCO untuk dijual dengan syarat minyak yang dihasilkan betul-betul minyak dan bukan sudah tercampur butir-butir air dan bukan pula sudah tercampur asam lemak bebas, karena akan mengganggu citra, bau, dan rasa dari VCO itu.

Thamrin Usman merupakan lulusan Master dan Doktoral di ENSCT-INP, Toulouse, Prancis, bidang Kimia Agroindustri. Dia kini juga tengah meneliti alternatif lain bagi obat penyembuh pasien COVID-19.

Dia melakukan kajian simulasi komputasi terhadap salah satu senyawa penyusun daun Kratom atau Purik. Yaitu senyawa 7-Hydroximitragynine (7Hmg). Senyawa tersebut sudah dilakukan simulasi komputasi (in silico study) memberikan potensi yang sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan beberapa obat untuk pasien COVID-19, seperti Hydroxychloroquine, Azithromycin, dan Remdesivir. Daun kratom banyak tumbuh di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar.

Ketika senyawa 7-Hmg tersebut dilakukan modifikasi kimia, menunjukkan potensi yang lebih kuat lagi untuk mematikan virus corona.

Mengenai perlunya memproduksi VCO di Kalbar juga pernah disampaikan Kepala Dinas Perkebunan Kalbar, Heronimus Hero.

Heronimus menyatakan momentum pandemi COVID-19 menjadi peluang bagi petani kelapa di Kalbar dan masyarakat lainnya untuk membuat minyak kelapa murni.

Baca juga: Protein plasma darah pasien COVID-19 dapat prediksi kondisi pasien


Potensial

Potensi kelapa dalam untuk produk VCO di Kalbar sangat besar, ini menjadi peluang bagi petani di Kalbar. VCO sangat baik untuk meningkatkan daya imunitas tubuh karena ada bahan aktif yang terkandung dalam asam lemak jenuh, katanya belum lama ini.

"VCO bersifat antivirus. Daya tahan tubuh kita di tengah wabah COVID-19 penting," katanya mengingatkan.

Adanya pandemi COVID-19, menurut dia, sangat baik untuk kembali mempopulerkan VCO.

Potensi kelapa dalam di Kalbar, menurut dia sangat besar. Seperti di Kubu Raya, Mempawah, Sambas, dan daerah lainnya. Hanya saja petani masih menjual dalam bentuk kelapa bulat dan kopra.

Karena itu, baik Thamrin Usman maupun Heronimus Hero, mengingatkan masyarakat yang ingin sehat dan terhindar dari pandemi COVID-19, bisa mengonsumsi VCO. Untuk mendapatkannya, bisa dengan membeli VCO yang tersedia di pasaran atau membuat sendiri.

Konsumsi VCO juga tidak harus saat ada virus corona, tetapi bisa terus digunakan karena bermanfaat untuk banyak penyakit.

"Dengan VCO, kita bisa hidup sehat," kata Prof Dr Thamrin Usman DEA.*

Baca juga: Indonesia siap ikut produksi vaksin COVID-19 bersama ASEAN-China

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020