Palu (ANTARA News) - Listrik pasokan PLN di sebagian besar jaringan "Sistem Kelistrikan Palu", Sulawesi Tengah, padam sekitar tujuh jam yaitu sejak Rabu petang hingga Kamis dini hari, mengakibatkan umumnya aktivitas keseharian masyarakat setempat menjadi terganggu.
Bahkan akibat pemadaman sangat panjang ini, banyak warga Kota Palu mengeluh, antara lain karena mengalami kesulitan mendapatkan air bersih, baik dengan cara menggunakan pompa penyedot air tanah maupun melalui jalur distribusi PDAM.
"Dari jam tujuh malam tadi air di rumah kami sudah habis, karena dari awalnya kami tidak mengetahui kalau ada jadwal pemadaman bergilir. Padahal ketika itu orang seisi rumah sangat membutuhkan air untuk membersihkan diri hendak ke masjid guna Salat Tarawih," keluh Adi, warga Kelurahan Talise di Palu Timur, Rabu malam.
Ia menambahkan, kesulitan serupa dialami oleh banyak tetanggannya, namun umumnya mereka tidak terlalu memusingkan dengan pemadaman listrik berkepanjangan tersebut karena sudah menjadi pengalaman panjang selama beberapa tahun terakhir, kecuali saat mau tidur mengeluh kegerahan akibat tak bisa menghidupkan kipas angin.
Sementara itu, pada pusat-pusat perbelanjaan di Kawasan Hasanuddin, Kawasan Monginsidi, dan Kawasan Gajahmada, pada Rabu malam terlihat hampir semua toko yang buka terpaksa menghidupkan mesin genset untuk menerangi tempat jualannya yang mulai dipadati pengunjung untuk memenuhi kebutuhan Idul Fitri 1430 Hijriah yang tidak lama lagi.
Karena umumnya kemampuan genset mereka sangat terbatas, sebagian besar mesin pendingin (AC) di ruangan panjangan barang jualan tidak dihidupkan, sehingga pengunjung pun ikut kegerahan.
"Mau bagaimana lagi. Sudah begini keadaan Kota Palu yang tidak pernah luput dari pemadaman listrik," keluh Asun, anggota keluarga dari pemilik sebuah toko pakaian di kawasan Pusat Perbelanjaan Hasanuddin.
Akibat pemadaman aliran listrik mulai Rabu sekitar pukul 17:30 hingga Kamis sekitar pukul 00:20 waktu setempat, banyak pengelola warung internet di Palu mengaku kehilangan penghasilan cukup besar sebab tak bisa melayani pengunjung di waktu-waktu ramai tersebut, termasuk sejumlah wartawan yang merasa dirugikan karena terlambat menyelesaikan naskah beritanya.
"Sudah saatnya PLN Cabang Palu, PLTU Palu, dan pemerintah daerah setempat duduk satu meja menyelesaikan permasalahan kelistrikan ini, karena sudah sangat mengganggu masyarakat luas," pinta Dedy, wartawan sebuah koran lokal setempat.
Sebelumnya, Humas PLN Cabang Palu, Petrus Walasary, mengatakan pemadaman listrik pada Sistem Palu yang melayani lebih 170.000 pelanggan di Kota Palu, Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Parigi-Moutong, masih akan berlanjut hingga batas waktu belum ditentukan.
"Program pemadaman listrik ini masih akan berlangsung, karena PLN Cabang Palu mengalami defisit daya cukup besar akibat dua unit mesin PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) Silae di Palu Barat yang mengalami kerusakan, masih belum berhasil diperbaiki teknisi PLN," katanya.
Dua dari sejumlah unit mesin PLTD yang rusak dimaksud, adalah unit VIII dan X.
PLTD Silae sendiri memiliki daya listrik terpasang sampai sekitar 36 megawatt (Mw), namun karena sebagian besar mesin yang ada sudah termakan usia, sehingga daya mampunya menyusut drastis tinggal berkisar 20-22 Mw.
Sementara itu, harapan PLN setempat terhadap PLTU Palu yang memiliki daya listrik terpasang 2x15 Mw sebagai andalan pemasok kebutuhan listrik pada Sistem Palu tidak bisa terpenuhi secara maksimal, sebab PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang dikelola pihak swasta ini setiap hari hanya bisa melepas daya berkisar 21,5 Mw.
Total daya mampu mesin PLTD Silae dan PLTU Palu dewasa ini hanya sekitar 43 Mw, sementara beban puncak pada Sistem Palu antara pukul 17:30-22:30 Wita hingga mencapai 51 Mw. (*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009