Washington (ANTARA News/AFP) - Amerika Serikat memunyai siasat baru perang Afganistan, yang akan "mengubah arah", melawan Taliban, tapi memerlukan lebih banyak tentara untuk bergabung dalam kemelut delapan tahun itu, kata senator Amerika Serikat pada Selasa.
"Saya merasa sangat kuat, dari sana pada Agustus, bahwa kami mengerti bagaimana mengubah arah untuk menguntungkan kami dan rakyat Afganistan, serta melawan Taliban," kata senator mandiri Joseph Lieberman.
"Itu memerlukan lebih banyak orang --tentara dan warga-- serta lebih cepat kami melakukannya, lebih cepat rakyat Afganistan dapat mengambilalih dan Amerika Serikat dan sekutu kami akan pulang," katanya kepada wartawan.
Lieberman menyatakan memperkirakan panglima tertinggi Amerika Serikat di Afganistan, Jenderal Stanley McChrystal, minta Presiden Barack Obama meningkatkan jumlah tentara Amerika Serikat, yang melancarkan upaya itu, yang semakin tak disukai.
"Pertanyaan ialah, maukah Jenderal McChrystal meminta tambahan tentara? Saya percaya jawabannya adalah ya," kata Lieberman, yang memperkirakan terjadi "perbantahan sehat dan penting" tentang siasat Amerika Serikat itu.
"Kami mendekati keputusan atas Afganistan, titik balik lain," kata Lieberman, yang memuji "kepemimpinan menentukan" Obama atas Afganistan.
"Ia percaya Afganistan adalah pusat medan perang melawan terorisme, tempat untuk menyerang kita pada 11 September. Kami tidak bisa membiarkan Taliban kembali berkuasa di sana," tambah pembuat undang-undang asal Connecticut itu.
Jajak pendapat di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa sebagian besar menganggap perang itu tak bernilai, sementara beberapa sekutu Obama dari Demokrat sudah meletakkan patok banding untuk keberhasilan atau bahkan jadwal penarikan.
Sejumlah 820 tentara Amerika Serikat tewas di negara terkoyak perang itu sejak serbuan pimpinannya pada 2001 untuk menggulingkan pemerintah Taliban.
Tahun ini menelan korban terbanyak selama delapan tahun perang di Afganistan, saat tentara tambahan dikirimkan ke wilayah panas Taliban di selatan dan timur.
Untuk menanggapinya, Taliban melakukan siasat lebih waspada dikaitkan dengan teroris dan bahkan mundur dari medan pertempuran, kata pemimpin tentara.
Bom buatan menjadi hantu bagi tentara asing, yang kini berjumlah lebih dari 100.000 di bawah kepemimpinan Amerika Serikat dan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi perlawanan, yang dikobarkan sisa Taliban.
Bom buatan dinyatakan terbanyak menimbulkan 70-80 persen kematian, baik di kalangan tentara maupun penduduk.
Tentara asing berperang di Afghanistan mengalami bulan paling mematikan sejak serbuan 2001 pada Agustus saat 77 anggotanya tewas, kata laman mandiri pemantau korban di kalangan tentara pada Selasa.
Icasualties.org menyatakan ke-77 kematian itu terjadi setelah 76 yang tewas pada Juli, yang sebelumnya menjadi bulan paling berdarah bagi tentara asing di Afghanistan.
Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah negara adidaya itu, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom jalanan dan serangan jibaku untuk melawan pemerintah Afganistan dan pasukan asing di negara terkoyak perang tersebut.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009