Pandeglang (ANTARA News) - Sahrudin (45) pemilik padepokan atau majelis dzikir di Desa Sekon, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang, yang dibakar massa telah mengembangkan ajaran Hahekok.
"Padepokan itu berdiri sudah lima tahun dan santrinya dari daerah lain seperti Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten," kata Kepala Desa Sekong, Kecamatan Cimanuk, kabupaten Pandeglang, Wawan Gunawan, rabu.
Wawan mengatakan, Sahrudin yang kini diamankan di Mapolres Pandeglang karena meresahkan warga setelah aktivitas padepokan miliknya mengembangkan ajaran Hakekok atau aliran seperti menyesatkan.
Kekesalan tersebut semakin memuncak saat warga mengetahui Syahrudin yang akrab dipanggil Mama itu, seringkali menggauli santri wanitanya.
Kasus terakhir menimpa dua anak tirinya yakni Sri Wulandari dan Intan yang ditinggal ibunya yang tidak lain bekas isteri Syahrudin.
Ibunya, bernama Ririn meninggalkan Syahrudin karena sering menggauli dua anaknya tersebut.
"Kemungkinan pembakaran itu akibat kekesalan warga karena Sahrudin pemilik padepokan mengembangkan ajaran sesat," katanya.
Dia menjelaskan, pihaknya sempat memanggil dua gadis yang digauli pimpinan padepokan itu untuk dimintai keterangannya.
Namun, keterangan wanita itu mengaku telah digauli oleh Syahrudin tanpa dinikahi.
Mereka mau melayani Syahrudin, karena djanjikan akan diberikan ilmu tinggi.
Sementara itu, kata Juli (50) warga Sekong mengatakan, padepokan milik Syahrudin itu sering terlihat aneh karena santrinya selalu diam diri.
Namun ketika mereka diajarkan cara kawin gaib, dan melaksanakan ibadah bareng bersama wanita di tempat gelap.
Sebetulnya, warga tidak mengerti ajaran Syahrudin dan membingungkan santri umumnya warga Jawa Barat dan Jakarta .
"Kami menduga padepokan itu sebagai tempat mesum karena dua anak tirinya juga menjadi korban Syahrudin," katanya. (*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009