Jakarta (ANTARA News) - Ibrahim al-Majida dan putranya sedang membuat gundukan pasir di ujung tanah mereka untuk membendung air limbah, yang berasal dari kubangan limbah di dekatnya, di kota kecil Khan Younis di bagian selatan Jalur Gaza.
Pertanian al-Majida terletak di daerah al-Mawasi, yang berada di bagian barat kota tersebut, yang dianggap sebagai salah satu wilayah pertanian paling subur di daerah kantung yang sempit dan miskin tersebut, di Jalur Gaza.
Daerah al-Mawasi dulu diduduki oleh lebih dari 12 permukiman Israel yang sudah dibongkar dan dikosongkan.
Kolam pembuangan itu, yang dibuat satu tahun lalu oleh kotapraja Khan Younis sebagai bagian dari proyek darurat yang didanai internasional guna menangani air limbah, mungkin membahayakan dan merusak banyak daerah subuh yang dipenuhi pepohonan dan panen.
Menurut proyek itu, air limbah dirancang mengalir ke laut. Namun, hampir tiga tahun blokade Israel terhadap Jalur Gaza menghalangi pemerintah kotapraja membawa mesin dan pompa air limbah dan pembuangan guna menuntaskan proyek tersebut.
Al-Majida mengungkapkan, banyak pohon, yang ia dan petani lain tanam di daerah itu, "tercemar karena kolam air limbah tersebut sangat dekat dengan pertanian mereka". Ditambahkannya, "Sekarang saya dapat mengatakan sebanyak 20 sampai 25 sumur buat air minum juga tercemar."
"Saya kira daerah tercemar mungkin meluas dan membahayakan bagian lain daerah ini jika pemerintah kotapraja tak menemukan penyelesaian cepat bagi krisis ini," kata al-Majida.
Ia menyeru pihak berwenang agar melakukan tindakan sesegera mungkin, "untuk menyelamatkan daerah itu dari polusi". Ia menambahkan, "Ada laporan yang mengungkapkan bahwa pohon jambu dan korma yang kami tanam di sini telah tercemar dan pedagang menjadi hati-hati untuk membeli hasil tanaman di sini."
Al-Majid menggali lubang sedalam setengah meter di tanah pertaniannya untuk memperlihatkan tanah yang berwarna hitam, yang di bawahnya terdapat air yang dangkal. Di sekitar lahannya, kolam air limbah itu dapat terlihat secara jelas, penuh tanaman kering dan berbagai jenis serangga yang akan membahayakan pohon buah dan sayuran.
Amjad el-Agha, warga di daerah budaya al-Mawasi, mengatakan kepada kantor berita China, Xinhua, "Meskipun air daerah kami pernah menjadi yang paling manis dan paling sehat, kini kami harus pergi ke pusat kota untuk membeli air hasil saringan untuk minum."
Mohamed el-Farrah, Gubernur Khan Younis, membantah air "bawah tanah tercemar", dan menambahkan, "Satu-satunya yang telah tercemar ialah permukaan air."
"Tujuan proyek kolam air limbah ialah untuk menyelesaikan masalah air limbah yang pada satu hari mungkin mengisi jalan dan rumah di Khan Younis," kata el-Farrah.
Namun ia mengakui proyek yang tak tuntas tersebut "telah menimbulkan masalah bagi pertanian di dekatnya, terutama pertanian yang dekat dengan kolam air limbah".
Ia menambahkan kota Khan Younis, yang memiliki 200.000 warga, menghadapi ancaman bahaya bahwa semua rumah dan jalannya akan terbenam di bawah air limbah.
"Oleh karena itu, kami ingin pilihan ini (proyek kolam air limbah) menyelesaikan masalah, yang merupakan pilihan terbaik pada tahap ini," kata el-Farrah.(*)
Oleh
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009