Kabul (ANTARA News/AFP) - Pemimpin tentara asing di Afghanistan mengakui bahwa rakyat tewas atau luka akibat serangan udara NATO di Kunduz, provinsi utara, kata pasukan sekutu itu pada Selasa.
Sesudah mengunjungi tempat pemboman Jumat itu, Jenderal Stanley McChrystal "memutuskan bahwa penduduk tewas atau luka akibat serangan itu", kata Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan Persekutuan Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
McChrystal memerintahkan Mayor Jenderal CS Sullivan dari Kanada memimpin penyelidikan atas pemboman itu, yang pejabat Afghanistan katakan menewaskan 54 orang, sebagian besar pejuang Taliban.
Serangan itu dilaporkan diperintahkan seorang panglima Jerman sesudah pejuang Taliban membajak dua truk bahan bakar di jalur perbekalan NATO dari Tajikistan.
Ketika salah satu truk itu mogok di sungai, Taliban memanggil warga desa untuk mengambil bahan bakar tersebut, kata saksi.
"Karena yakin penduduk tidak ada di daerah itu, panglima daerah ISAF tersebut mengizinkan serangan udara, yang menghancurkan kedua truk bahan bakar itu," kata pernyataan ISAF.
"Peninjauan kembali membuat ISAF percaya bahwa selain pejuang, penduduk juga tewas dan luka akibat serangan itu," katanya.
Penyelidikan NATO akan berlangsung beberapa pekan dan hasilnya akan dibahas bersama dengan petinggi Afganistan dan Jerman, tambah.
Persaingan pernyataan muncul tentang jumlah korban tewas dan angka penduduk kehilangan nyawa akibat pemboman itu, dengan Taliban menyatakan 79 warga tewas.
Pemerintah Kunduz menyatakan enam penduduk termasuk di antara ke-54 yang tewas akibat pemboman itu, sementara kantor Presiden Hamid Karzai mengatakan bahwa 90 orang tewas dan luka.
Kementerian pertahanan Jerman pada Senin menyatakan tentaranya kuatir Taliban memakai truk bahan bakar itu sebagai bom bergerak untuk membunuh tentara pemerintah Afganistan dan Jerman dan menyebut serangan itu "secara ketentaraan perlu dan benar".
Jerman baru memulai penempatan besar tentara di luar negeri sedasawarsa lalu, melanggar tabu pasca-perang, dan serangan udara itu menggerakkan yang sudah tak disukai dalam agenda menjelang pemilihan umum pada 27 September.
Kanselir Jerman Angela Merkel pada Selasa menyatakan secara "mendalam menyesalkan" kematian rakyat tak berdosa di Afganistan.
Taliban pada Senin minta masyarakat dunia menyelidiki tuntas serangan udara NATO tersebut dan mencap kejadian itu kejahatan.
Pernyataan Taliban, yang dikirim melalui surat maya, mendaftar nama, usia, alamat dan pekerjaan 79 warga, termasuk sekitar 20 anak-anak, yang paling muda berusia delapan tahun, yang mereka nyatakan tewas dalam serangan itu.
Taliban lalu minta hakim antarbangsa di Pengadilan Kejahatan Antarbangsa di Denhaag bertindak, dengan menyatakan "rasa malu akan ada pada mereka" jika mereka gagal mencari "penjahat perang berkenaan dengan peristiwa Kunduz".
"Bagi kami, kejadian di Kunduz akan menunjukkan apakah dakuan antarbangsa mengenai pembela hak asasi manusia kenyataan atau hanya tipu-daya," kata pernyataan itu.
Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggungjawab atas serangan di wilayah negara adidaya tersebut, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009