Jenewa, (ANTARA News) - Ekonom Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Senin mengatakan, tidak akan ada pemulihan awal dari resesi global dan memperingatkan bahwa setiap langkah untuk meredakan kembali dengan cepat pada program stimulus pemerintah bisa membuat krisis menjadi lebih buruk.

Dalam laporan tahunannya, badan perdagangan dan pembangunan PBB, UNCTAD, juga mendesak penciptaan sistem cadangan dunia baru menggunakan beberapa mata uang bukan hanya dolar AS, dan menyerukan kontrol ketat lintas arus keuangan perbatasan, sebagaimana dikutip dari AFP. 

"Kemungkinan pemulihan di negara-negara maju utama akan menjadi cukup kuat untuk membawa ekonomi dunia kembali ke pertumbuhan prakrisis di tahun-tahun mendatang cukup rendah," kata laporan itu.

Sebuah jumpa pers, Sekretaris Jenderal UNCTAD Supachai Panitchpakdi dan pembantu senior Heiner Flassbeck itu mengabaikan saran bahwa "tunas hijau" pemulihan telah muncul di ekonomi kaya tahun ini.

"Kami tidak melihat rebound yang sesungguhnya," kata Supachai, mantan kepala dari Organisasi Perdagangan Dunia dan satu kali wakil perdana menteri Thailand. "Tidak ada tanda-tanda penguatan mendasari faktor-faktor ekonomi".

Kesimpulan UNCTAD berlawanan terhadap data ekonomi segar dan survei yang menunjukkan bahwa ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa mungkin membaik, dengan manufaktur China juga mengambil kecepatan.

"Sinkronisasi kenaikan dalam kisaran luas pasar itu gerakan tidak biasanya dalam arah yang sama menunjukkan bahwa apa yang kita miliki telah terlihat pada semester pertama tahun ini didorong oleh spekulasi," kata Flassbeck kepada wartawan di Jenewa.

"Apa yang terjadi adalah spekulasi di tengah sebuah pemulihan, sebuah upaya untuk mengantisipasi pemulihan. Tapi itu adalah sebuah fiksi, itu tidak ada," katanya. "Ini akan sangat berbahaya jika pemerintah mulai berbicara tentang strategi keluar dari kebijakan stimulus." 

"Trade and Development Report 2009" UNCTAD setebal 181-halaman, publikasi tahunan utama, mengatakan apa yang disebutnya ekonomi musim dingin masih jauh dari selesai.

"Penurunan keuntungan dalam ekonomi riil, sebelumnya di -- investasi di bidang real estat dan meningkatnya pengangguran akan terus membatasi konsumsi swasta dan investasi untuk masa yang akan datang," katanya.

Kemajuan dalam indikator keuangan pada paruh pertama 2009, laporan menambahkan, "adalah lebih mungkin untuk sinyal sementara rebound dari tingkat abnormal rendah harga aset keuangan dan mengikuti penurunan komoditas berlebihan sebagai irasional karena semangat bullish sebelumnya". (*)

 

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009